Streptococcal Infection

Pharingitis karena Streptococcus punya hubungan erat dengan terjadinya glomerulonephritis dan demam rheumatik. Incidensnya bevariasi antara 0,3 - 3%. Di Indonesia incidens demam rheumatik masih tinggi, sehingga dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa inciderns infeksi streptococcus jug...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Perpustakaan UGM, i-lib
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada 1974
Subjects:
_version_ 1826032043141627904
author Perpustakaan UGM, i-lib
author_facet Perpustakaan UGM, i-lib
author_sort Perpustakaan UGM, i-lib
collection UGM
description Pharingitis karena Streptococcus punya hubungan erat dengan terjadinya glomerulonephritis dan demam rheumatik. Incidensnya bevariasi antara 0,3 - 3%. Di Indonesia incidens demam rheumatik masih tinggi, sehingga dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa inciderns infeksi streptococcus juga tinggi.dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa incidens infeksi streptococcus juga tinggi. Gejala klinis dari pharingitis karena steptococcus tidak khas, sehingga sukar untuk didifferensiasi dengan pharingitis karena virus. Ada tiga tingkatan gejala klinis, yalah berat, medium dan ringan, dan semuanya ini dapat merupakan pendahuluan dari demam rheumatik. Infeksi streptococcus yang berulang-ulang akan memberatkan kerusakan valvula pada kelainan jantung rheumatik, sehingga pada kelainan ini perlu dilakukan profilaksi. Tapi profilaksi ini tak perlu dikerjakan pada penderita glomerulonephritis, karena padanya infeksi ulang tak memberatkan. Bakteri streptococcus dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a). Didasarkan pada sifat-sifat haemolisisnya pada agar darah kambing, maka bakteri ini diberi nama: alpha-, beta-, dan gamma-haernolisis. b). Didasarkan pada test serologis maka diberi nama grup A � Q (tanpa I dan J), sedang grup A sendiri dibagi jadi paling sedikit 45 tipe (subgrup). Strain group A dapat melepaskan sejumlah antigen extracellular. Pengobatan: Bila kita melakukan pengobatan awal dan cukup berarti kita mencegah terjadinya demam rheumatik dan kelainan jantung rheumatik. Obat-obat yang paling baik untuk infeksi ini yalah: penicilin, erythromycin dan Lincomycin. Sulfa tidak dapat digunakan sebagai pengobatan, karena resikonya lebih besar daripada kegunaanya. Tapi sulfa dapat digunakan sebagai profilaksi.
first_indexed 2024-03-05T23:02:09Z
format Article
id oai:generic.eprints.org:22343
institution Universiti Gadjah Mada
last_indexed 2024-03-13T18:47:16Z
publishDate 1974
publisher [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada
record_format dspace
spelling oai:generic.eprints.org:223432014-06-18T00:43:40Z https://repository.ugm.ac.id/22343/ Streptococcal Infection Perpustakaan UGM, i-lib Jurnal i-lib UGM Pharingitis karena Streptococcus punya hubungan erat dengan terjadinya glomerulonephritis dan demam rheumatik. Incidensnya bevariasi antara 0,3 - 3%. Di Indonesia incidens demam rheumatik masih tinggi, sehingga dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa inciderns infeksi streptococcus juga tinggi.dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa incidens infeksi streptococcus juga tinggi. Gejala klinis dari pharingitis karena steptococcus tidak khas, sehingga sukar untuk didifferensiasi dengan pharingitis karena virus. Ada tiga tingkatan gejala klinis, yalah berat, medium dan ringan, dan semuanya ini dapat merupakan pendahuluan dari demam rheumatik. Infeksi streptococcus yang berulang-ulang akan memberatkan kerusakan valvula pada kelainan jantung rheumatik, sehingga pada kelainan ini perlu dilakukan profilaksi. Tapi profilaksi ini tak perlu dikerjakan pada penderita glomerulonephritis, karena padanya infeksi ulang tak memberatkan. Bakteri streptococcus dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a). Didasarkan pada sifat-sifat haemolisisnya pada agar darah kambing, maka bakteri ini diberi nama: alpha-, beta-, dan gamma-haernolisis. b). Didasarkan pada test serologis maka diberi nama grup A � Q (tanpa I dan J), sedang grup A sendiri dibagi jadi paling sedikit 45 tipe (subgrup). Strain group A dapat melepaskan sejumlah antigen extracellular. Pengobatan: Bila kita melakukan pengobatan awal dan cukup berarti kita mencegah terjadinya demam rheumatik dan kelainan jantung rheumatik. Obat-obat yang paling baik untuk infeksi ini yalah: penicilin, erythromycin dan Lincomycin. Sulfa tidak dapat digunakan sebagai pengobatan, karena resikonya lebih besar daripada kegunaanya. Tapi sulfa dapat digunakan sebagai profilaksi. [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada 1974 Article NonPeerReviewed Perpustakaan UGM, i-lib (1974) Streptococcal Infection. Jurnal i-lib UGM. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=5240
spellingShingle Jurnal i-lib UGM
Perpustakaan UGM, i-lib
Streptococcal Infection
title Streptococcal Infection
title_full Streptococcal Infection
title_fullStr Streptococcal Infection
title_full_unstemmed Streptococcal Infection
title_short Streptococcal Infection
title_sort streptococcal infection
topic Jurnal i-lib UGM
work_keys_str_mv AT perpustakaanugmilib streptococcalinfection