Summary: | ABSTRACT:
Penggunaan radioisotop dalam kedokteran di Indonesia dimulai dengan digunakabbya kapsul Nal (1-131) untuk diagnosis pada beberapa orang karyawan di BATAN Bandung. Kegiatan, kedokteran nuklir berkembang bersamaan dengan tersedianya berbagai radiofarmaka, antara lain radiofarmaka 1-131 dan radiofarmaka Tc- 99m untuk diagnosis. Bila Tc-99m di dunia telah tersedia untuk kedokteran sejak 1964, di Indonesia baru digunakan pada sekitar 1975. Sementara itu radiofarmaka Tc-99m di dunia berangsur berkembang dari sekitar scanning agent untuk pengamatan morfologi organ tubuh, menjadi imaging agent untuk pemeriksaan fungsi dinamis organ dan metabolisme, serta kegunaannya terus menggeser pemakaian radiofarnaka 1-131. Sejak tersedianya Tc-99m, pemakaian radiofarmaka Tc-99m terus meningkat baik jenis maupun kuantitasnya, seiring dengan peningkatan jumlah klinik kedokteran nuklir dan kemajuan teknologi instrumentasi. Oleh karena itu, radioisootop Tc-99m yang telah menjadi primadona kedokteran nuklir, harus tersedia dalam bentuk generator Tc-99m bersama dengan cold kits untk pembuatan radiofarmaka Tc-99m di rmah sakit. Makalh ini membahas perkembangan radiofarmaka sampai masa kini serta prospeknya di masa depan.
Kata kunci: perkembangan radiofarmaka
|