GENESA BATUGAMPING MERAH DI DAERAH SIUNG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN TEPUS DAN GIRISUBO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Salah satu formasi batuan yang memiliki potensi batugamping dalam jumlah besar adalah Formasi Wonosari-Punung yang tersingkap di daerah Gunungkidul dan sekitarnya. Batugamping Formasi Wonosari-Punung umumnya berwarna putih hingga abu-abu. Akan tetapi, di daerah Siung dan sekitarnya, dijumpai batu...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Dewi Titisari, Anastasia, Hendrawan, Adnan
Format: Article
Language:English
Published: 2017
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/274209/1/OSP-05.pdf
Description
Summary:Salah satu formasi batuan yang memiliki potensi batugamping dalam jumlah besar adalah Formasi Wonosari-Punung yang tersingkap di daerah Gunungkidul dan sekitarnya. Batugamping Formasi Wonosari-Punung umumnya berwarna putih hingga abu-abu. Akan tetapi, di daerah Siung dan sekitarnya, dijumpai batugamping berwarna merah yang memiliki persebaran secara setempat-setempat. Kehadiran batugamping merah ini cukup unik karena berada di sekitar tubuh gunung api purba sehingga mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai genesa batugamping merah di daerah tersebut. Karakteristik petrografi dan geokimia oksida utama sangat membantu dalam menjelaskan genesa batugamping merah di daerah penelitian. Pengamatan petrografi pada batugamping merah menunjukkan kehadiran kalsit, kuarsa, hematit, dan titanit. Analisis geokimia oksida mayor menunjukkan adanya pengayaan senyawa SiO2, Al2O3, Fe2O3, MnO, TiO2, dan SrO,, sedangkan kandungan CaO pada batugamping merah lebih rendah daripada batugamping putih. Pengayaan SiO2, Fe2O3, dan TiO2 berkaitan dengan kehadiran mineral hematit dan titanit yang diduga sebagai mineral pengontrol warna merah pada batugamping, sementara pengayaan MnO dan SrO memberikan kontrol warna merah pada batugamping dalam bentuk unsur bukan dalam bentuk mineral. Pengayaan SiO2, Al2O3, dan TiO2 diinterpretasikan berasal dari material terigenus yang masuk ke dalam cekungan pengendapan batugamping serta turut berperan dalam pembentukan batugamping merah. Hal ini juga didukung dengan kehadiran kuarsa sebagai penciri mineral terigen. Pengayaan Fe2O3 dan MnO, serta korelasi positif antara Mn dan Sr mengindikasikan bahwa terjadi proses diagenesis yang turut berperan dalam pembentukan warna merah pada batugamping. Hal ini juga didukung dengan kehadiran stylolite pada batugamping merah yang terbentuk dari kompaksi kimia selama proses diagenesis. Kompaksi kimia biasanya disertai dengan pembebasan unsur Fe yang akan membentuk mineral hematit di sekitar stylolite. Kata Kunci : batugamping merah, formasi Wonosari-Punung, mineralogi, geokimia