Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Konsep Baru Meretas Stagnasi Ekonomi Perdesaan

Problem penyediaan bahan pangan berupa sumber karbohidrat dan protein, khususnya daging ternak sapi di Indonesia sangat erat kaitanya dengan kajian ekonomi kependudukan, ekonomi wilayah dan ekonomi pertanian. Sebagai negara kepulauan berciri nusantara, Indonesia dihadapkan pada masalah penguatan sos...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Supriadi, Supriadi, Darwin, Muhadjir Muhammad, Rijanta, Rijanta, Agus, Ali, Pertiwiningrum, Ambar
Format: Book
Language:English
English
English
English
English
English
English
English
Published: UNY Press 2017
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/274489/1/cover%20adopsi%20inovasi.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/2/DAFTAR%20GAMBAR.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/3/DAFTAR%20ISI%20FONT%2011.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/4/isi%20baru.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/5/isi%20baru.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/6/PENULIS.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/7/PRELIM.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/8/SEKAPUR%20SIRIH.pdf
_version_ 1797036859829780480
author Supriadi, Supriadi
Darwin, Muhadjir Muhammad
Rijanta, Rijanta
Agus, Ali
Pertiwiningrum, Ambar
author_facet Supriadi, Supriadi
Darwin, Muhadjir Muhammad
Rijanta, Rijanta
Agus, Ali
Pertiwiningrum, Ambar
author_sort Supriadi, Supriadi
collection UGM
description Problem penyediaan bahan pangan berupa sumber karbohidrat dan protein, khususnya daging ternak sapi di Indonesia sangat erat kaitanya dengan kajian ekonomi kependudukan, ekonomi wilayah dan ekonomi pertanian. Sebagai negara kepulauan berciri nusantara, Indonesia dihadapkan pada masalah penguatan sosial-ekonomi di setiap “jengkal” wilayah pinggiran dan perdesaan yang ada. Penguatan sosial-ekonomi tersebut adalah dalam bentuk peningkatan pendapatan petani dan peternak yang merupakan pelaku sekaligus objek pembangunan itu sendiri, sebagai pijakan bagi mereka untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak menuju kesejahteraan yang hakiki. Memasuki era pemerintah baru pasca momentum Pemilihan Presiden (PilPres) 2014, Indonesia memulai babak baru pembangunan nasional di bawah konsepsi NAWA CITA yang menjadi modal politik pemerintahan Presiden Jokowi dan JK sehingga mengantarkannya ke istana negara, setelah sukses melewati proses politik yang menarik perhatian semua pihak. Tidak mengherankan memang dari proses demokrasi itu, Indonesia dibentuk dan masa depannya ditentukan. Dalam NAWA CITA ke tiga, ditegaskan pentingnya membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Selanjutnya target strategis itu diimplentasikan dalam program prioritas nasional sebagai amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yang secara eksplisit memberikan ruang “improvisasi” bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk merancang kebijakan pembangunan ekonomi daerahnya masing-masing dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan juga telah memberikan satu payung hukum yang tegas tentang urgensi menjaga kedaulatan, kemandirian, dan pemerataan dalam penyediaan pangan secara nasional, dengan bertumpu pada sumber daya ekonomi lokal yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia. Namun demikian, fakta empiris membuktikan hingga akhir tahun 2015, impor daging sapi ternyata masih sangat tinggi. Jalan pintas yang ditempuh dalam keadaan “terpaksa” seperti impor bahan pangan yang selama ini dilakukan, tidak jarang menimbulkan berbagai polemik di masyarakat. Persepsi negatif seringkali berbentuk kasus hukum dan masalah sosial, diantaranya permasalahan batasan kuota jumlah daging impor dan resistensi kalangan peternak dalam negeri. Harapan bersama untuk mencapai ¬swa-sembada pangan nasional, dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pemanfaatan bibit dan lahan pertanian, dengan peternakan sebagai salah satu sub-sektornya untuk mencapai masyarakat adil makmur dan memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Problem ketahanan pangan sebagai bagian dari agenda strategis pembangunan ekonomi, ternyata belum mampu mewujudkan cita-cita pembangunan sektor pertanian nasional. Sebab-musababnya sederhana. Para petani dan peternak di perdesaan hingga saat ini, masih bekerja dengan cara berproduksi tradisional, parsial, klasik, tanpa inovasi dan belum diarahkan pada penciptaan manfaat dan nilai tambah ekonomi secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan adopsi inovasi yang mengintegrasikan seluruh tahapan dan alur mata rantai sosial ekonomi, mulai dari proses produksi, pengolahan, hingga distribusi. Termasuk di dalamnya, dukungan regulasi yang menjadi payung hukum bagi bekerjanya sistem. Dalam konteks itu, faktor kelembagaan sebagai wadah bagi proses interaksi dan komunikasi antar semua pihak yang terlibat, seperti para penemu (inventor), para petani dan peternak yang menerapkan mode dan strategi produksi baru (adopter), fasilitator yang berperan menjelaskan kepada para pelaku usaha di sektor pertanian peternakan, dan segenap pemangku kepentingan (stakeholders) menjadi sangat penting. Untuk melembagakan konsep adopsi inovasi terintegrasi, peran strategis Badan Usaha Milik Desa (BumDes)...
first_indexed 2024-03-13T23:53:32Z
format Book
id oai:generic.eprints.org:274489
institution Universiti Gadjah Mada
language English
English
English
English
English
English
English
English
last_indexed 2024-03-13T23:53:32Z
publishDate 2017
publisher UNY Press
record_format dspace
spelling oai:generic.eprints.org:2744892018-06-22T00:54:00Z https://repository.ugm.ac.id/274489/ Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Konsep Baru Meretas Stagnasi Ekonomi Perdesaan Supriadi, Supriadi Darwin, Muhadjir Muhammad Rijanta, Rijanta Agus, Ali Pertiwiningrum, Ambar Other Agricultural and Veterinary Sciences Built Environment and Design Urban and Regional Planning Other Built Environment and Design Psychology and Cognitive Sciences Problem penyediaan bahan pangan berupa sumber karbohidrat dan protein, khususnya daging ternak sapi di Indonesia sangat erat kaitanya dengan kajian ekonomi kependudukan, ekonomi wilayah dan ekonomi pertanian. Sebagai negara kepulauan berciri nusantara, Indonesia dihadapkan pada masalah penguatan sosial-ekonomi di setiap “jengkal” wilayah pinggiran dan perdesaan yang ada. Penguatan sosial-ekonomi tersebut adalah dalam bentuk peningkatan pendapatan petani dan peternak yang merupakan pelaku sekaligus objek pembangunan itu sendiri, sebagai pijakan bagi mereka untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak menuju kesejahteraan yang hakiki. Memasuki era pemerintah baru pasca momentum Pemilihan Presiden (PilPres) 2014, Indonesia memulai babak baru pembangunan nasional di bawah konsepsi NAWA CITA yang menjadi modal politik pemerintahan Presiden Jokowi dan JK sehingga mengantarkannya ke istana negara, setelah sukses melewati proses politik yang menarik perhatian semua pihak. Tidak mengherankan memang dari proses demokrasi itu, Indonesia dibentuk dan masa depannya ditentukan. Dalam NAWA CITA ke tiga, ditegaskan pentingnya membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Selanjutnya target strategis itu diimplentasikan dalam program prioritas nasional sebagai amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yang secara eksplisit memberikan ruang “improvisasi” bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk merancang kebijakan pembangunan ekonomi daerahnya masing-masing dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan juga telah memberikan satu payung hukum yang tegas tentang urgensi menjaga kedaulatan, kemandirian, dan pemerataan dalam penyediaan pangan secara nasional, dengan bertumpu pada sumber daya ekonomi lokal yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia. Namun demikian, fakta empiris membuktikan hingga akhir tahun 2015, impor daging sapi ternyata masih sangat tinggi. Jalan pintas yang ditempuh dalam keadaan “terpaksa” seperti impor bahan pangan yang selama ini dilakukan, tidak jarang menimbulkan berbagai polemik di masyarakat. Persepsi negatif seringkali berbentuk kasus hukum dan masalah sosial, diantaranya permasalahan batasan kuota jumlah daging impor dan resistensi kalangan peternak dalam negeri. Harapan bersama untuk mencapai ¬swa-sembada pangan nasional, dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pemanfaatan bibit dan lahan pertanian, dengan peternakan sebagai salah satu sub-sektornya untuk mencapai masyarakat adil makmur dan memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Problem ketahanan pangan sebagai bagian dari agenda strategis pembangunan ekonomi, ternyata belum mampu mewujudkan cita-cita pembangunan sektor pertanian nasional. Sebab-musababnya sederhana. Para petani dan peternak di perdesaan hingga saat ini, masih bekerja dengan cara berproduksi tradisional, parsial, klasik, tanpa inovasi dan belum diarahkan pada penciptaan manfaat dan nilai tambah ekonomi secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan adopsi inovasi yang mengintegrasikan seluruh tahapan dan alur mata rantai sosial ekonomi, mulai dari proses produksi, pengolahan, hingga distribusi. Termasuk di dalamnya, dukungan regulasi yang menjadi payung hukum bagi bekerjanya sistem. Dalam konteks itu, faktor kelembagaan sebagai wadah bagi proses interaksi dan komunikasi antar semua pihak yang terlibat, seperti para penemu (inventor), para petani dan peternak yang menerapkan mode dan strategi produksi baru (adopter), fasilitator yang berperan menjelaskan kepada para pelaku usaha di sektor pertanian peternakan, dan segenap pemangku kepentingan (stakeholders) menjadi sangat penting. Untuk melembagakan konsep adopsi inovasi terintegrasi, peran strategis Badan Usaha Milik Desa (BumDes)... UNY Press 2017 Book PeerReviewed application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/274489/1/cover%20adopsi%20inovasi.pdf application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/274489/2/DAFTAR%20GAMBAR.pdf application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/274489/3/DAFTAR%20ISI%20FONT%2011.pdf application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/274489/4/isi%20baru.pdf application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/274489/5/isi%20baru.pdf application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/274489/6/PENULIS.pdf application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/274489/7/PRELIM.pdf application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/274489/8/SEKAPUR%20SIRIH.pdf Supriadi, Supriadi and Darwin, Muhadjir Muhammad and Rijanta, Rijanta and Agus, Ali and Pertiwiningrum, Ambar (2017) Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Konsep Baru Meretas Stagnasi Ekonomi Perdesaan. UNY Press. ISBN 978-602-6338-82-2
spellingShingle Other Agricultural and Veterinary Sciences
Built Environment and Design
Urban and Regional Planning
Other Built Environment and Design
Psychology and Cognitive Sciences
Supriadi, Supriadi
Darwin, Muhadjir Muhammad
Rijanta, Rijanta
Agus, Ali
Pertiwiningrum, Ambar
Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Konsep Baru Meretas Stagnasi Ekonomi Perdesaan
title Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Konsep Baru Meretas Stagnasi Ekonomi Perdesaan
title_full Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Konsep Baru Meretas Stagnasi Ekonomi Perdesaan
title_fullStr Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Konsep Baru Meretas Stagnasi Ekonomi Perdesaan
title_full_unstemmed Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Konsep Baru Meretas Stagnasi Ekonomi Perdesaan
title_short Adopsi Inovasi Peternakan Terintegrasi Konsep Baru Meretas Stagnasi Ekonomi Perdesaan
title_sort adopsi inovasi peternakan terintegrasi konsep baru meretas stagnasi ekonomi perdesaan
topic Other Agricultural and Veterinary Sciences
Built Environment and Design
Urban and Regional Planning
Other Built Environment and Design
Psychology and Cognitive Sciences
url https://repository.ugm.ac.id/274489/1/cover%20adopsi%20inovasi.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/2/DAFTAR%20GAMBAR.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/3/DAFTAR%20ISI%20FONT%2011.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/4/isi%20baru.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/5/isi%20baru.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/6/PENULIS.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/7/PRELIM.pdf
https://repository.ugm.ac.id/274489/8/SEKAPUR%20SIRIH.pdf
work_keys_str_mv AT supriadisupriadi adopsiinovasipeternakanterintegrasikonsepbarumeretasstagnasiekonomiperdesaan
AT darwinmuhadjirmuhammad adopsiinovasipeternakanterintegrasikonsepbarumeretasstagnasiekonomiperdesaan
AT rijantarijanta adopsiinovasipeternakanterintegrasikonsepbarumeretasstagnasiekonomiperdesaan
AT agusali adopsiinovasipeternakanterintegrasikonsepbarumeretasstagnasiekonomiperdesaan
AT pertiwiningrumambar adopsiinovasipeternakanterintegrasikonsepbarumeretasstagnasiekonomiperdesaan