Summary: | Bidang diskontinuitas seperti batas perlapisan, bidang sesar, ataupun kekar merupakan parameter penting yang dapat digunakan untuk mengetahui kestabilan lereng dari suatu singkapan. Umumnya, pengukuran kedudukan bidang diskontinuitas ini dilakukan menggunakan kompas geologi. Namun, pengukuran menggunakan kompas geologi membutuhan waktu yang lama dan seringkali tidak memungkinkan pada bidang diskontinuitas dengan kedudukan menggantung. Visualisasi singkapan geologi dalam bentuk model 3D dapat menjadi solusi bagi permasalahan tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memodelkan suatu singkapan adalah metode Structure from Motion (SfM). Dengan menggunakan metode SfM, suatu singkapan geologi dapat ditransformasi menjadi model 3D hanya dengan menggunakan kamera saku biasa. Hal ini dicapai dengan melakukan pemotretan singkapan dari berbagai sudut yang berbeda, kemudian diproses menggunakan Agisoft Photoscan untuk membentuk dense point cloud, yang nantinya dianalisis lebih lanjut menggunakan CloudCompare untuk memperoleh kedudukan bidang diskontinuitas. Pada penelitian ini, metode SfM digunakan untuk membuat model 3D dari satu ruas tebing di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogayakarta, yang nantinya digunakan untuk menentukan kedudukan bidang gelincir pada tebing tersebut melalui analisis kinematika lereng. Lokasi ini dipilih karena tingginya potensi longsor di Desa Ngoro-oro. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat adanya perbedaan kedudukan bidang diskontinuitas antara model 3D dengan singkapan geologi di lapangan. Walaupun demikian, perbedaan ini masih berada dalam kisaran yang cukup rendah, yakni <15 dari kedudukan aslinya, sehingga secara umum, orientasi keruntuhan yang terjadi masih relatif sama yakni berada pada arah timur laut dengan tipe keruntuhan membaji.
|