Konservasi Saujana Budaya kawasan Borobudur = Zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem

Dalam banyak aspek, nilai saujana budaya Borubudur memiliki arti penting bagi masyarakat yang hidup di sekitamya. Namun demikian, sejak selesainya proyek restorasi, dan kemudian Candi Borobudur dijadikan sebagai pus aka dunia pada tabun 1991, saujana budayanya menghadapi berbagai konftik kepentingan...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Perpustakaan UGM, i-lib
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada 2007
Subjects:
_version_ 1797019719739375616
author Perpustakaan UGM, i-lib
author_facet Perpustakaan UGM, i-lib
author_sort Perpustakaan UGM, i-lib
collection UGM
description Dalam banyak aspek, nilai saujana budaya Borubudur memiliki arti penting bagi masyarakat yang hidup di sekitamya. Namun demikian, sejak selesainya proyek restorasi, dan kemudian Candi Borobudur dijadikan sebagai pus aka dunia pada tabun 1991, saujana budayanya menghadapi berbagai konftik kepentingan yang disebabkan oleh ketidak-tepatan zonasi lama (karena hanya berorientasi kepada candi, monumen atau artifak sehingga menafikan ekosistem) dan pengelolaan yang dilakukan oleh banyak institusi. Masalah ini mengakibatkan risiko degradasi kualitas saujana budaya (polusi fisik, visual dan kebudayaan) yang berpengaruh terhadap eksistensi situs Borobudur di masa depan. Berkaitan dengan kelangkaan sumberdaya lingkungan yang dimilikinya, dibutuhkan studi mendalam dengan fokus mengkonsolidasikan dan melindungi integritas saujana budaya tersebut. Data zonasi ulang dengan tujuan untuk pengelolaan dilakukan dengan menampalkan peta-peta tematik berdasarkan pendekatan ekosistem. Hasilnya adalah: (1) zonasi konservasi Kawasan Borobudur dialokasikan menjadi empat bagi!ln (Mandala), (2) pentingnya konservasi pusaka sebaiknya dikomunikasikan melalui sarana pendidikan terhadap para pengguna dan menempatkan masyarakat di sekitamya sebagai titik penting dalam pengelolaan kawasan Borobudur. Dengan demikian, kelestarian Borobudur di masa depan tergantung pada kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Manajemen Kawasan Borobudur tidak dapat hanya fokus pada situs, material atau artifak semata tetap harus bergeser untuk memperhatikan ruang dan kawasan tempat manusia hidup. Kata kunci: Borobudur, saujana budaya, zona, ekosistem
first_indexed 2024-03-05T23:11:10Z
format Article
id oai:generic.eprints.org:27564
institution Universiti Gadjah Mada
last_indexed 2024-03-13T19:03:56Z
publishDate 2007
publisher [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada
record_format dspace
spelling oai:generic.eprints.org:275642014-06-18T00:25:18Z https://repository.ugm.ac.id/27564/ Konservasi Saujana Budaya kawasan Borobudur = Zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem Perpustakaan UGM, i-lib Jurnal i-lib UGM Dalam banyak aspek, nilai saujana budaya Borubudur memiliki arti penting bagi masyarakat yang hidup di sekitamya. Namun demikian, sejak selesainya proyek restorasi, dan kemudian Candi Borobudur dijadikan sebagai pus aka dunia pada tabun 1991, saujana budayanya menghadapi berbagai konftik kepentingan yang disebabkan oleh ketidak-tepatan zonasi lama (karena hanya berorientasi kepada candi, monumen atau artifak sehingga menafikan ekosistem) dan pengelolaan yang dilakukan oleh banyak institusi. Masalah ini mengakibatkan risiko degradasi kualitas saujana budaya (polusi fisik, visual dan kebudayaan) yang berpengaruh terhadap eksistensi situs Borobudur di masa depan. Berkaitan dengan kelangkaan sumberdaya lingkungan yang dimilikinya, dibutuhkan studi mendalam dengan fokus mengkonsolidasikan dan melindungi integritas saujana budaya tersebut. Data zonasi ulang dengan tujuan untuk pengelolaan dilakukan dengan menampalkan peta-peta tematik berdasarkan pendekatan ekosistem. Hasilnya adalah: (1) zonasi konservasi Kawasan Borobudur dialokasikan menjadi empat bagi!ln (Mandala), (2) pentingnya konservasi pusaka sebaiknya dikomunikasikan melalui sarana pendidikan terhadap para pengguna dan menempatkan masyarakat di sekitamya sebagai titik penting dalam pengelolaan kawasan Borobudur. Dengan demikian, kelestarian Borobudur di masa depan tergantung pada kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Manajemen Kawasan Borobudur tidak dapat hanya fokus pada situs, material atau artifak semata tetap harus bergeser untuk memperhatikan ruang dan kawasan tempat manusia hidup. Kata kunci: Borobudur, saujana budaya, zona, ekosistem [Yogyakarta] : Universitas Gadjah Mada 2007 Article NonPeerReviewed Perpustakaan UGM, i-lib (2007) Konservasi Saujana Budaya kawasan Borobudur = Zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem. Jurnal i-lib UGM. http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=10624
spellingShingle Jurnal i-lib UGM
Perpustakaan UGM, i-lib
Konservasi Saujana Budaya kawasan Borobudur = Zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem
title Konservasi Saujana Budaya kawasan Borobudur = Zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem
title_full Konservasi Saujana Budaya kawasan Borobudur = Zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem
title_fullStr Konservasi Saujana Budaya kawasan Borobudur = Zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem
title_full_unstemmed Konservasi Saujana Budaya kawasan Borobudur = Zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem
title_short Konservasi Saujana Budaya kawasan Borobudur = Zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem
title_sort konservasi saujana budaya kawasan borobudur zonasi ulang dengan pendekatan ekosistem
topic Jurnal i-lib UGM
work_keys_str_mv AT perpustakaanugmilib konservasisaujanabudayakawasanborobudurzonasiulangdenganpendekatanekosistem