Summary: | Oalam Gagal Ginjal Terminal (GGT) terjadi peningkatan kadar urea plasma yang menyebabkan kadar urea saliva meningkat. Urea saliva akan diubah menjadi amonia yang menyebabkan peningkatan pH saliva yang menyebabkan akumulasi kalkulus supragingiva. Terapi Hemodialisis (HO) dan Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPO) banyak yang dilakukan oleh penderita GGT. Terapi HO dilakukan 3 kali per minggu, terjaai peningkatan toxin uremia di antara peri ode non dialisis. Pada CAPO hal ini tidak terjadi karena dialisis berjalan terus-menerus dalam tubuh, tetapi terjadi kehilangan protein yang cukup bermakna dan protein ini merupakan substansi yang akan diubah menjadi urea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kadar urea saliva dan akumulasi kalkulus supragingiva penderita GGT antara terapi HO dan CAPO. Pengambilan sam pel whole resting saliva dilakukan pada pasien HO dan CAPO masing masing kelompok 10 orang, di RS Or. Sardjito unit Hemodialisa. Kadar urea saliva diperiksa dengan metode Barthelot reaction dan dilakukan skoring kalkulus supragingiva menggunakan Probe Method of Calculus Assessment. Oata yang diperoleh dianalisis dengan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kadar urea saliva dan akumulasi kalkulus supragingiva penderita GGT antara HO dan CAPO (p < 0,05). Rerata kadar urea saliva pada penderita GGT dengan terapi HO = 174,5700 mgldl, sedangkan pada terapi CAPO = 97,8410 mgldl. Rerata akumulasi kalkulus supragingiva pada penderita GGT dengan terapi HO = 49,273 mm dan dengan terapi CAPO = 31,5770 mm.
Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kadar urea saliva dan akumulasi kalkulus supragingiva penderita GGT dengan terapi HO lebih tinggi bila dibandingkan dengan CAPO.
Kata kunci: Gagal Ginjal Terminal, Hemodialis, CAPO, Urea, Kalkulus supragingiva
|