Summary: | Manusia didalam dirinya terdapat dua bentuk (modus) fundamental yang menjadi dasar bagi kegiatan spiritualnya. Modus itu ialah "mengetahui" dan "menghendaki. Manusia dengan modus mengetahui terdorong untuk mengembang tingkatinteletialitasnya, sedangkan dengan modus menghendaki manusia terdorong untuk beraktivitas secara terus menerus tanpa batas. Kedua modus ini dalam kehidupan saling berkait dan melengkapi. Modus mengetahui mendorong manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sedangkan modus menghendaki mendorong manusia untuk mengembangkan peradaban dan kebudayaannya.
Metode yang dipergunakan untuk menganalisa data adalah hermeneutik-refleksif. Artinya menginterpretasi berbagai pandangan filosof Barat tentang kehendak untuk membuat klasifikasi berbagai bentuk aliran filsafat voluntarisme.
Sejak Yunani Kuno sampai dengan abad ke-20, para filosof yang berbicara tentang kehendak dalam filsafatnya secara garis besar dibagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama menempatkan kehendak dibawah akal, artinya akal kedudukannya lebih tinggi dari kehendak. Pandangan ini tampak dalam pemikiran Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Golongan kedua menempatkan kehendak sejajar atausetara dengan akal, artinya masing-masing memiliki kedudukan yang sama. Filosof yang tergabung di dalamnya aialah: Descartes, Maine de Eiran, Immanuel Kant, dan Paul Eicceur. Golongan ketiga menempatkan kejendak lebih tinggi dari akal, artinya kehendak merupakan unsur yang dominan dalam diri manusia, bahkan hakekat manusia itu terletak pada kehendaknya. Filosof yang menempatkan kehendak sebagai hakekat manusia ialah Schopenheuer dan Nietzsche.
Secara garis besar, aliran filsafat voluntarisme dapat digolongkan kedalam bentuk : (1) voluntarisme psikologis; (2) voluntarisme etis; (3) voluntarismeteologis; dan (4) voluntarisme metafials; (5) voluntarisme fenomenologis; (6) voluntarisme pesimietik; (7) voluntarisme optimietik.
|