Perbandingan KOnsep Diri Anak-anak Remaja Warga Negara Indonesia Asli dan Keturunan Tionghoa

Berdasarkan suatu pendapat bahwa lingkungan budaya, pendidikan, adat istiadat, kebiasaan, dan sikap hidup dapat mempengaruhi proses perkembangan pribadi, maka penlitian ini berusah membuktikan bahwa remaja kelompok etnik pribumi dan non-pribumi di Indonesia ini memiliki konsep diri yang berbeda. Me...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Partosuwido, Sri Rahayu, Wirawan, Yapsir Gandi, As'ad, Moh., Murtini, Murtini, S., Singgih W.
Format: Other
Language:English
Published: Fakultas Psikologi UGM 1979
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/277929/1/Perbandingan%20konsep%20diri%20anak-anak..._Sri%20Rahayu%20P_1979.pdf
Description
Summary:Berdasarkan suatu pendapat bahwa lingkungan budaya, pendidikan, adat istiadat, kebiasaan, dan sikap hidup dapat mempengaruhi proses perkembangan pribadi, maka penlitian ini berusah membuktikan bahwa remaja kelompok etnik pribumi dan non-pribumi di Indonesia ini memiliki konsep diri yang berbeda. Mengetahui perbedaan konsep diri dengan aspek-aspeknya dapatlah digunakan dasar untuk mengisi pendidikan yang sangat diperlukan dan sesuai kebutuhan, agar usaha "nation building" dapat ditunjang sebaik-baiknya. Penelitian ini dilakukan di Semarang dan Yogyakarta, dengan subyek siswa SLTP dan SLTA sebanyak 846 orang yang tergolong kelompok kelompok etnik pribumi dan non-pribumi, dengan purposive sampling. Alat pengukur konsep diri diambil dari skala konsep diri susunan W.H. Fitts (1965) dengan judul asli Tenessee Self Concept Scale (TSCS). Skala ini dialih bahasakan dan dengan mengadakan penelitian pendahuluan tentang validitas dan reliabilitas dari alat pengukur itu, maka skala tersebut digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: secara umum ada perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01) antara kelompok etnik pribumi dan non-pribumi, dengan nilai rata-rata pribumi lebih tinggi dari pada non-pribumi. Aspek-aspek yang mendukung perbedaan adalah: nilai self-esteem yang terdiri dari aspek, identifiaksi dir, kepuasan diri, tingkah laku, nilai diri Moral-etik, nilai diri personal, nilai diri keluarga dan nilai diri sosial. Sedangkan nilai diri fisik, nilai kritik diri dan nilai keajegan tidak menunjukkan perbedaan. Ketiga aspek yang tidak mendukung ini dapat diterangkan secara umum sesuai perkembangan anak-anak remaja, yaitu pada umumnyaremaja-remaja dalam penelitian ini memang kurang terbuka, lebih defensif, sama-sama mengalami kesukaran dalam perkembangan diri fisik dan sebagai remaja memang sikapnya belum konsisten dalam menilai dirinya sendiri. Keadaan semacam ini ditunjang oleh hasil penelitian terhadap remaja-remaja itu yang dikelompokkan dalam perbedaan kelompok sekolah dan jenis kelamin.