Summary: | Permasalahan ilmu positif yaitu berkenaan dengan sebab-akibat, mereka memandang bahwa suatu kejadian tentu ada hal yang menyebabkannya. Penyebabam yang mendasari suatu kejadian bukanlah melulu merupakan preseden tem[oral ataupun merupakan masalah pergantian dan masalah yang terjadi beramaan, tetapi berdasarkan prinsip alasan secukupnya. Persoalan metafisik ini tidak meruakan hal yang absolut, oleh karena itu kita harus mempunyai argumentasi kuat yang melandasi keyakinan. Hume merupakan tokoh empirisme yang skeptis terhadap keberadaan hukum kausalitas, metode induksi, prediksi dan hukum/teori.
Perdebatan positivistik pada abad 17 memandang bahwa studi tentang masyarakat manusia adalah tidak seilmiah ilmu alam. Ilmuwan sosial yang terkait, seperti Dilthey sebagai penembang filsafat hermeneutik. Lebih kontemporer diantara lainnya fenomenolog, telah mengembangkan tradisi ini. Ia juga menekankan bahwa studi tentang manusia dan masyarakat dalam sejarah adalah sangat berbeda dari studi tentang hakekat tak hidup. Bagi Dilthey dan lainnya: seperti akal, alam dan kebudayaan secara inheren berbeda dan membutuhkan metode berbeda untuk mempelajarinya. Masyarakat, hasil akal manusia, adalah subjektif, emotif sebaik intelektual. Apa yang kita tunjuk sebagai causal, mekanistik dan pengukuran berorientasikan model-model eksplanasi adalah tidak memadai, karena kesadaran manusia tidak ditentukan oleh kekuatan alam. Tingkah laku masyarakat manusia adalah selalu mengandung nilai, itu membuat masing-masing tindakan sosial adalah penuh makna subjektif.
Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari asumsi ilmu, juga metode yang menjadi konsekuensinya, selanjutnya diselidiki pengaruh pandangan Hume terhadap metodologi ilmu-ilmu sosial.
Pandangan Hume ini menimbulkan reaksi, khususnya di dalam ilmu sosial, karena mereka melihat bahwa objek dalam ilmu sosial adalah masyarakat manusia yang karakternya berbeda dengan objek fisik. Masyarakat manusia berkarakter nondeterministik atau penuh motivasi, oleh karena itu penyelidikan yang dilakukan tidak sama dengan penyelidikan ilmu alam. Tanggapan terhadap Hume ini tampak pada tokoh-tokoh yang berposisi dengan pandangan poistivistik antara lain yaitu: Dilthey, Weber dan Alfred Schutz.
|