Konsep Tajalli dalam Filsafat Mistis Ibn 'Arabi

Judul penelitian ini adalah "konsep tajalli dalam filsafat mistis Ibn 'Arabi. Masalah yang mendorong diadakannya penelitian ini adalah adanya persoalan tentang penampakan alam yang belum bisa dijawab oleh manusia dengan memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang da...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Rochman, Muhtarum Ibnu
Format: Other
Language:English
Published: Fakultas Filsafat UGM 1996
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/277982/1/M.%20Ibnu%20Rochman_Konsep%20Tajalli%20dalam%20Filsafat%20Mistis%20Ibn%27%20Arabi_1996.pdf
Description
Summary:Judul penelitian ini adalah "konsep tajalli dalam filsafat mistis Ibn 'Arabi. Masalah yang mendorong diadakannya penelitian ini adalah adanya persoalan tentang penampakan alam yang belum bisa dijawab oleh manusia dengan memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang dalam dan tepat mengenai teori penampakan alam menurut filsafat mistis Ibn 'Arabi, sehingga dapat diperbandingkan dengan teori penampakan yang lain; dan akhirnya dapat diketahui letak kelebihan dan kekurangannya . Cara penelitiannya adalah dengan menguraikan latar belakang penelitian, faedah yang dapat diharapkan, tujuan penelitian, tinjuan pustaka, landasan teori dan hipotesis. Adapun cara untuk melaksanakan penelitian iniadalah dengan merinci sumber data, meneliti dan mengumpulkan buku-buku sebagai bahan untuk mengetahui data,analisis data, menentukan kesesuaian data secara kualitatif dan menyusun hasil analisis. Dari hasil analisis ini dapat diketahui bahwa konsep tajallin dalam filsafat mistis Ibn 'Arabi adalah kunci pokok untuk dapat memahami keseluruhan pemikiran filsafat Ibn ' Arabi. Konsep ini menjelaskan bahwa wujud ini pada hakekatnya adalah satu, yakni wujud Tuhan Yang Mutlak, wujud yang mutlak bertajalli dalam tiga martabat; pertama, Martabat Ahadiyyah atau Zatiyah. Kedua, Martabat Wahidiyyah atau Faid Aqdas. Ketiga, Martabat Tajalli Syuhudi atau Faid Muqaddas. Melalui ketiga tahap ini a'yan sabitah yang dahulunya merupakan wujud potensial dalam Zat Tuhan, kini menjadi kenyataan aktual dalam berbagai citra alam empiris yang tidak ada akhirnya.