Summary: | Istilah kepemimpinan sesungguhnya merupakan bagian pembahasan tentang organisasi, baik organisasi perkantoran, masyarakat, pemerintah maupun negara. Adappun yang disebut organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama secara formal, terikat kepada norma-norma tertentu yang dalam ikatan tersebut terdapat atasan atau pimpinan dan bawahan yang dipimpin.
Kepemimpinan pada hakekatnya merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain. Keberhasilan seorang pemimpin tergantung kepada kemampuan mepengaruhi tersebut. Ajaran Confucius mengandung konsep tentang kepemimpinan yang terlingkup dalam pemikirannya tentang organisasi pemerintah maupun negara. Ia menunjukan bagaimana seorang pemimpin itu melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan. Bahkan tindakan dan kelakuan Confucius sebagai seorang guru itupun sekaligus merupakan contoh dan aliansi dari konsep kepemimpinannya. Dengan demikian ada tipe dan gaya kepemimpinan tertentu yang dikehendaki oleh Confucius.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah historis faktual, hermeneutiks, analitiko-sintesis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa menurut Confucius seseorang dapat menjadi pemimppin bukan karena faktor keturunan. Semua orang dari berbagai golongan masyarakat dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan pengalaman cukup. Hal isi sesuai dengan teori sosial mengenai timbulnya seorang pemimpin. Tipe kepemiminan yang dikehendaki Confucius adalah demokratis, juga populatis. Namun demikian masih diperlukan gaya kepemimpinan yang otoriter guna tetap tegaknya nilai-nilai moral. Seorang pemimpin di dalam kegiatan kepemimpinannya memerlukan kekuasaan. Menurut Confucius, kekeuasaan yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan untuk organisasi itu berasal dari Thien. Hal ini sesuai dengan teori teokrasi mengenai asal mula kekuasaan. Bagi Confucius, walaupun kekuasaan itu berasal dari Thuan namun tidak terlepas dari usaha manusia untuk meraihnya.
|