Tindakan Pencegahan terhadap Perilaku Negatif-Antisosial para Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

Semenjak tiga tahun terakhir ini timbul keprihatinan masyarakat terhadap problem sosial-psikoogis yang terjadi di sekolah-sekolah lanjutan atas (SLTA). Problem ini muncul dalam bentuk perilaku negatif-sntisosial yang dilakukan oleh para siswa yang dari hari kehari cenderung semakin tinggi frekuensi...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Sugiyanto, Sugiyanto, Hastjarjo, Thomas Dicky, Martani, Wisjnu
Format: Other
Language:English
Published: Fakultas Psikologi UGM 1995
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/278551/1/Sugiyanto%2C%20Thomas%20Disky%20Hastjarjo%2C%20Wisjnu%20Martani_Tindakan%20pencegahan%20terhadap%20perilaku%20negatif-antisosial%20para%20siswa%20Sekolah%20Lanjutan%20Tingkat%20Atas%20%5BSLTA%5D_1995.pdf
Description
Summary:Semenjak tiga tahun terakhir ini timbul keprihatinan masyarakat terhadap problem sosial-psikoogis yang terjadi di sekolah-sekolah lanjutan atas (SLTA). Problem ini muncul dalam bentuk perilaku negatif-sntisosial yang dilakukan oleh para siswa yang dari hari kehari cenderung semakin tinggi frekuensi dan intensitasnya. Berdasarkan catatan pihak kepolisian, perilaku negatif--antisosial yang banyak dilakukan oleh para siswa berwujud pelanggaran lalu lintas, perkelahian antar siswa, penganiayaan dan pengeroyokan, pencurian kendaraan bermotor, kejahatan seks, mabuk-mabukan dan pemakaian obat terlarang, perusakan mobil dan gedung, serta coret-coret baju dan dinding. Tindakan pencegahan terhadap perilaku negatif-antisosial seharusnya melibatkan tiga pihak, yakni pihak siswa itu sendiri, pihak sekolah (pimpinan sekolah dan guru), serta ruamh (orang tua). Dengan intervensi yang diberiakn kepada remaja nakal diharapkan tidak lagi terjadi berbagai perilaku negatif-antisosial yang dialkukan remaja SLTA. Secara khusus,perkelahian antar remaja diharapkan menurun frekuensi kejadiannya. Intervensi yang diberikan kepada sekolah, yakni kepada pimpinan sekolah dan guru-guru wali serta guru-guru BP diharapkan dapat membuat mereka lebih peka terhadap problem yang dihadapi iswa-siswa SLTA. Dengan meningkatnya keekaan pihak sekolah terhadap problem siswa diharapkan akan menurunkan perilaku negatif-antisosial siswa. Pelatihan dialkukan di Fakultas Psikologi UGM pada bulan Oktober dan November 1994 untuk siswa, sedangka peltihan untuk guru dilaksanakan pada bulan November 1994. Pemilihan sekolah dilakkan berdasarkan data dokumentasi dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari dokumentasi dipilihsiswa-siswa kelas 2 dari 1 sekolah negeri dan 1 sekolah swasta sebagai subjek penelitian. Siswa-siswa yang menjadi subjek penelitian dipilih berdaar sekor yang tinggi dalam skala agresivitas. Siswa-siswa lain akan menjadi kelompok kontrol. Pada waktu pelatihan terdapat 42 siswa yang mengikuti pelatihan. Dalam pemberian skala agresivitas sesudah pelatihan terdapat 31 subjel yang datanya dapat dianalisis. Analisis statistik menggunakan t-test untuk membandingkan perilaku agresif kelompok pelatihan sebelum dan sesudah pelatihan, membandingkan indiaktor agresivitas kelompok pelatihan pada awal dengan pada akhir pelatihan, membandingkan perilaku agresif kelompok kontrol antara uji pertama dengan uji kedua, membandingkan perilaku agresif siswa masing-masing sekolah antara uji pertama dengan uji kedua.