Persepi Peran Spesialis dalam Industri terhadap Etika Bisnis dan Etika Lingkungan: Studi Kasus di Wilayah Industri BOTABEK

Latar belakang masalah Pengembangan sumber daya manusia, GBHN secara normatif menggariskan bahwa peningkatan sumber daya manusia yang diharapkan mendukung pembangunan adalah peningkatan sumber daya manusia berkesinambungan dan selaras dalam hubungan antara sesama manusia, manusia dengan alam lingku...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Mintaredja, Abbas Hamami, Mudhofir, Ali, Tjahyadi, Sindung
Format: Other
Language:English
Published: Fakultas Filsafat UGM 1995
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/278965/1/Persepsi%20Peran%20Spesialis%20dalam%20Industri%20Terhadap%20Etika%20Bisnis%20dan%20Etika%20Lingkungan%28Studi%20Kasus%20di%20Wilayah%20Industri%20BOTABEK%29_Abbas%20Hamami%20Mintaredja_1995.pdf
Description
Summary:Latar belakang masalah Pengembangan sumber daya manusia, GBHN secara normatif menggariskan bahwa peningkatan sumber daya manusia yang diharapkan mendukung pembangunan adalah peningkatan sumber daya manusia berkesinambungan dan selaras dalam hubungan antara sesama manusia, manusia dengan alam lingkungan, dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Disebabkan oleh karena itu semua lapisan dan semua peran yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya manusia secara normatif dituntut untuk mengenakan atribut-atribut moral khusus yang mendukung peningkatan sumber daya manusia yang selaras dalam tiga aras hubungan, yakni dengan manusia lain, lingkungan, dan Tuhan. Suatu kondisi yang mensyaratkan adanya pemahaman yang memadai tentang etika sosial, etika lingkungan, dan etika individual. Oleh karena itu perlu diteliti bagaimana persepsi pemegang peran spesialis terhadap berbagai nilai etis dari beberapa lingkaran moralitas yang berbeda, yakni etika lingkungan dan etika bisnis, dan sejauh mana oprasionalisasi norma-norma etis tersebut mampu mendukung tuntutan normatif dalam GBHN untuk membangun sumber daya manusia yang religius, humanis, dan sadar lingkungan. Tujuan Penelitian ini antara lain menjelaskan pola hubungan antara tujuan organisasi industri, kebijaksanaan pemerintah tentang lingkungan hidup, dan persepsi peran spesialis di bidang industri terhadap etika bisnis dan etika lingkungan. Cara Penelitian dan Analisis Hasil Penelitian ini ingin mengukur sejauh mana pengetahuan para spesialis tentang etika bisnis berkorelasi dengan sikap spesialis terhadap tanggung jawab sosial profesi mereka, dan hendak pula sejauh mana persepsi tersebut selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Karena menyangkut objek material dan objek formal yang berbeda, maka penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua tahap, yakni tahap empiris (dengan fokus penelitian pada persepsi para spesialis) dan tahap refleksif (dengan fokus penelitian pada kesesuaian antara persepsi spesialis dengan nilai-nilai Pancasila). Hasil Penelitian Hipotesis kerja yang diajukan pada penelitian ini bahwa tinggi rendahnya muatan moral pada pemahaman peran spesialis tentang perilaku bisnis memiliki korelasi positif dengan tinggi rendahnya muatan etis pada pemahaman peran spesialis tentang kelestarian 1ingkungan. Dari hasil temuan dilapangan serta refleksi hermeuneutik terhadap objek yang diteliti: 1. Terdapat korelasi positif antara tingkat pemahaman peran spesialis di bidang industri tentang etika bisnis dengan tingkat pemahaman peran spesialis tentang etika lingkungan. Harga koefisien korelasi (0,6541) menunjukkan bahwa perkembangan moralitas bisnis berjalan seiring dengan perkembangan kesadaran tentang perlunya pendekatan baru .pmterhadap pengelolaan sumberdaya manusia dan alam yang sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan. 2. Sosialisasi antara beberapa aspek moralitas yang berkaitan dengan pokok soal yang secara konvensional dianggap berbeda, dalam hal ini ekonomi dan ekologi, cenderung dilakukan secara parsial atau kurang terintegrasi dalam satu sistem moral yang padu. Dengan demikian muncul tuntutan normatif untuk melakukan reorientasi mendasar terhadap sikap hidup yang cenderung mengarah pada pengeksploitasian secara ekonomis atas sumber-sumber daya yang ada tanpa memperhatikan azas keadilan dan kelestarian lingkungan hidup. Perlu juga dirumuskan kembali tingkat-tingkat kebutuhan yang wajar yang masih mampu ditopang oleh sumber daya yang ada.