Summary: | Penelitian ini ingin melihat proses sejarah politik Islam Indonesia. Pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah "Apakah bentuk-bentuk, pola-pola dan proses sejarah politik Islam Indonesia?"
Munculnya organisasi sosial-keagamaan dan politik seperti NU, Muhammadiyah sampai SI, MIAI, Masyumi merupakan bentuk lain dari cita-cita Islam Ideologis. Pemberian makna Islam dalam sebuah gerakan akan menghadirkan nuansa Islam Politik. Oleh karena itu gerakan Islam pada zaman pergerkan nasional tahun 1900-1945 lebih diwarnai dengan gerakan-gerakan Islam Politik.
Bentuk-bentuk agregasi, segmentasi dan polarisasi dalam tindakan politik di kalangan umat Islam merupakan konsekuensi sifat pluralistik pemahaman Islam. Apalagi hal ini dihadapakan pada bentuk-bentuk ideologi baru yang muncul pada awal abad XX. KOnsekuensinya adalah perbenturan-perbenturan antargolongan Islam tidak dapat dielakkan.
Spektrum sebuah gerakan kemudian hanya dapat dilihat dalam berbagai golongan atau partai yang muncul pada awal abad XX, termasuk gerakan Islam. SI yang menjadi pioner gerakan massa yang mengatasnamakan Islam telah menjadi contoh bagaimana Islam menjadi kekuatan politik. Gerakan radikal yang dijalankan SI ketika ide-ide Marxisme-Leninisme massuk telah mengubah peta politik Islam pada masa ini. Gerakan Isslam kemudian menjadi pecah. Penghitungan politik yang kurang tepat membuat organisasi ini tidak lagi menjadi acuan gerakan politik.
Muhammadiyah meskipun kurang terkena dampak kekacauan SI mencoba lebih bertahan dengan gerakan tajdid sebagai cirinya. Lain lagi dengan NU yang menurut Ingleson merupakan tempat pelarian para ulama yang "frustasi" terhadap SI maupun sebagai tempat bertahan dari serangan "kaum modernis" tidak lagi handal untuk menghadapi gencarnya ideologi nasionalsme yang diabawa oleh kaum intelektual terdidik.
Periode 1927-an sampai 1930-an, oleh beberapa pengamat merupakan periode yang banyak dikuasai oleh gerakan-gerakan nasionalis sekuler. Sebelum kedatangan Jepang, inamika politik di indonesia banyak dikuasai dan dikendalikan oleh kaum terdidik sekuler. Akhirnya pada tahun 1937 dibentuklah badan federasi Islam yang bernama MIAI.
Setelah kedatangan Jepang, MIAI ini diganti dengan Masyumi. Tokoh-tokoh lama yang dulu aktif di SI, PSI maupun NU, Muhammadiyah muali masuk organisasi federasi itu. Konsensus sementara pun dapat dijalankan oleh kalangan Islam sampai perdebatan muncul lagi ketika membicarakan dasar negara tahun 1945.
|