Gerakan Protes K.H. Ahmad Rifa'i terhadap Birokrasi Kolonial Belanda di Jawa Tengah: Cerminan Sebuah Dialog Budaya

Gerakan Rifa'i adalah gerakan sosial-keagamaan yang muncul di desa Kalisalak, kecamatan Limpung, Kabupaten Batang Jawa Tengah, pada tahun 1850. Gerakan ini merupakan Reformasi dan revivalisme Islam, yang kemudian berkembag menjadi gerakan protes terhadap birokrat tradisional dan pemerintah Kolo...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Darban, Ahmad Adaby, Soemanto, Bakdi
Format: Other
Language:English
Published: Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada 1995
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/285940/1/gerakan%20protes%20k.h.%20ahmad%20rifa%27i_ahmad%20adaby%20darban_1995.pdf
_version_ 1797037903501590528
author Darban, Ahmad Adaby
Soemanto, Bakdi
author_facet Darban, Ahmad Adaby
Soemanto, Bakdi
author_sort Darban, Ahmad Adaby
collection UGM
description Gerakan Rifa'i adalah gerakan sosial-keagamaan yang muncul di desa Kalisalak, kecamatan Limpung, Kabupaten Batang Jawa Tengah, pada tahun 1850. Gerakan ini merupakan Reformasi dan revivalisme Islam, yang kemudian berkembag menjadi gerakan protes terhadap birokrat tradisional dan pemerintah Kolonial Belanda. Adapun pemimpin gerakan Rifa'iyah ini adalah Kyai Haji Ahmad Rifa'i, yang membawa ajaran pemurnian Islam dari Makkah, kemudian dikembangkan ke Jawa Tengah dan sekitarnya. Ia menyusun sekitar 50 kitab agama Islam, yang merupakan terjemahan dari Al-Qur'an dan Hadidith serta karangan ulama-ulama Timur-Tengah ke dalam bahasa Jawa. Oleh karena itu ajarannya disebut Tarjumah. Selain itu, gerakan Rifa'iyah juga sering disebut Islam Budiah, sebab ajaran-ajarannya sebagian besar mengenai ubudiah, yaitu masalah peribadatan kepada Allah swt. Sebagai gerakan dan pengamalan Islam di tanah air, yang dianggapnya sudah menyimpang dari ajaran Islam murni. Pemahaman dan pengamalan Islam oleh masyaraakt Jawa dianggap sudah tercemar oleh faham ajaran pra Islam, termasuk didalamnya khurofat dan shirik. Oleh karena itu kepercayaan Islam yang demikian itu perlu dibersihkan dan dikembalikan pada ajaran yang murni, sesuai tuntutan Al-Qur'an dan Hadith. Sebagai gerakan Revivalisme Islam, Rifa'iyah berupaya untuk memperkuat kembali kepercayaan Islam. Hal ini muncul dalam rangka menghadapi pembaharuan sosial-politik di bawah pemerintahan Kolonial Belanda. Pembaharuan kehidupan sosial-politik di bawah kolonialisme Belanda, membawa dampak kepada pengamalan Islam dalam masyarakat. Menurut pandangan Rifa'iyah, masyarakat di bawah pemerintahan kolonial Belanda, pengamalan Islamnya semakin kendor, dan syari'at Islam kurang dita'ati oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu dikembalikan intensitas ummat terhadap keyakinan Islam dan rajin menjalankan syari'at agamanya. Adapun yang menjadi pokok ajaran Rifa'iyah adalah : Fikih, yaitu hukum syari'at Islam; Usuluddin, mengenai kepercayaan Islam; dan Tasawuf, dtekankan pada etika kehidupan Islam. Di samping Reformasi dan Revivalisme, Gerakan Rifa'iyah juga menjadi gerakan protes menentang birokrat tradisional dan pemerintah Kolonial Belanda. Doktrin-doktrin protesnya dituangkan dalam kitab-kitab yang dikarangnya sendiri sebagai pelengkap kitab Tarjumah. Kadar protes yang dialkukan oleh Kyai Haji Ahmad Rifa'i hanya sampai pada penanaman rasa anti Belanda dan Birokrat Tradisional. Sikap anti pemerintah Belanda dan Birokrat Tradisional ini, juga ditunjukkan denagn jalan tidak menta'ati dan tidak memngakui perintah dari lembaga formal yang ada. Gerakan Rifa'iyah mengecam dan menganggap emeh para penguasa formal, dan menganjurkan pada pengikutnya untuk tidak mematuhi perintahnya. Disamping itu, mengadakan pembinaan ummat sendiri secara eklusif, menjauhkan diri dari pengaruh luar yang dianggapnya fasik (rusak). Gerakan Rifa'iyah dianggap membuat kerusuhan oleh pemerintah Belanda, kemudian K.H. Ahmad Rifa'i diasingkan ke Ambon. Gerakan Rifa'iyah kemudian mengubah pola gerakan dari radikal pada gerakan yang lunak. Murid-murid K.H. Ahmad Rifa'i tetap memelihara jama'ahnya, meskipun mendapat pengawasan ketat dari pemerintah kolonial Belanda. Adanya perubahan pola gerakan, dan pemeliharaan jama'ah Rifa'iyah denagn tetap mengajarkan kitab-kitab Tarjumah, maka Gerakan Rifa'iyah dapat selamat, masih tetap hidup sampai dengan dekade tahun 1980-an ini. Oleh karena itu Rifa'iyah merupakan gerakan yang cukup tua, bertahan hidup selama hampir saatu setengah abad, tepatnya 137 tahun.
first_indexed 2024-04-09T03:53:47Z
format Other
id oai:generic.eprints.org:285940
institution Universiti Gadjah Mada
language English
last_indexed 2024-04-09T03:53:47Z
publishDate 1995
publisher Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada
record_format dspace
spelling oai:generic.eprints.org:2859402024-03-14T06:50:03Z https://repository.ugm.ac.id/285940/ Gerakan Protes K.H. Ahmad Rifa'i terhadap Birokrasi Kolonial Belanda di Jawa Tengah: Cerminan Sebuah Dialog Budaya Darban, Ahmad Adaby Soemanto, Bakdi Other Philosophy and Religious Studies Gerakan Rifa'i adalah gerakan sosial-keagamaan yang muncul di desa Kalisalak, kecamatan Limpung, Kabupaten Batang Jawa Tengah, pada tahun 1850. Gerakan ini merupakan Reformasi dan revivalisme Islam, yang kemudian berkembag menjadi gerakan protes terhadap birokrat tradisional dan pemerintah Kolonial Belanda. Adapun pemimpin gerakan Rifa'iyah ini adalah Kyai Haji Ahmad Rifa'i, yang membawa ajaran pemurnian Islam dari Makkah, kemudian dikembangkan ke Jawa Tengah dan sekitarnya. Ia menyusun sekitar 50 kitab agama Islam, yang merupakan terjemahan dari Al-Qur'an dan Hadidith serta karangan ulama-ulama Timur-Tengah ke dalam bahasa Jawa. Oleh karena itu ajarannya disebut Tarjumah. Selain itu, gerakan Rifa'iyah juga sering disebut Islam Budiah, sebab ajaran-ajarannya sebagian besar mengenai ubudiah, yaitu masalah peribadatan kepada Allah swt. Sebagai gerakan dan pengamalan Islam di tanah air, yang dianggapnya sudah menyimpang dari ajaran Islam murni. Pemahaman dan pengamalan Islam oleh masyaraakt Jawa dianggap sudah tercemar oleh faham ajaran pra Islam, termasuk didalamnya khurofat dan shirik. Oleh karena itu kepercayaan Islam yang demikian itu perlu dibersihkan dan dikembalikan pada ajaran yang murni, sesuai tuntutan Al-Qur'an dan Hadith. Sebagai gerakan Revivalisme Islam, Rifa'iyah berupaya untuk memperkuat kembali kepercayaan Islam. Hal ini muncul dalam rangka menghadapi pembaharuan sosial-politik di bawah pemerintahan Kolonial Belanda. Pembaharuan kehidupan sosial-politik di bawah kolonialisme Belanda, membawa dampak kepada pengamalan Islam dalam masyarakat. Menurut pandangan Rifa'iyah, masyarakat di bawah pemerintahan kolonial Belanda, pengamalan Islamnya semakin kendor, dan syari'at Islam kurang dita'ati oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu dikembalikan intensitas ummat terhadap keyakinan Islam dan rajin menjalankan syari'at agamanya. Adapun yang menjadi pokok ajaran Rifa'iyah adalah : Fikih, yaitu hukum syari'at Islam; Usuluddin, mengenai kepercayaan Islam; dan Tasawuf, dtekankan pada etika kehidupan Islam. Di samping Reformasi dan Revivalisme, Gerakan Rifa'iyah juga menjadi gerakan protes menentang birokrat tradisional dan pemerintah Kolonial Belanda. Doktrin-doktrin protesnya dituangkan dalam kitab-kitab yang dikarangnya sendiri sebagai pelengkap kitab Tarjumah. Kadar protes yang dialkukan oleh Kyai Haji Ahmad Rifa'i hanya sampai pada penanaman rasa anti Belanda dan Birokrat Tradisional. Sikap anti pemerintah Belanda dan Birokrat Tradisional ini, juga ditunjukkan denagn jalan tidak menta'ati dan tidak memngakui perintah dari lembaga formal yang ada. Gerakan Rifa'iyah mengecam dan menganggap emeh para penguasa formal, dan menganjurkan pada pengikutnya untuk tidak mematuhi perintahnya. Disamping itu, mengadakan pembinaan ummat sendiri secara eklusif, menjauhkan diri dari pengaruh luar yang dianggapnya fasik (rusak). Gerakan Rifa'iyah dianggap membuat kerusuhan oleh pemerintah Belanda, kemudian K.H. Ahmad Rifa'i diasingkan ke Ambon. Gerakan Rifa'iyah kemudian mengubah pola gerakan dari radikal pada gerakan yang lunak. Murid-murid K.H. Ahmad Rifa'i tetap memelihara jama'ahnya, meskipun mendapat pengawasan ketat dari pemerintah kolonial Belanda. Adanya perubahan pola gerakan, dan pemeliharaan jama'ah Rifa'iyah denagn tetap mengajarkan kitab-kitab Tarjumah, maka Gerakan Rifa'iyah dapat selamat, masih tetap hidup sampai dengan dekade tahun 1980-an ini. Oleh karena itu Rifa'iyah merupakan gerakan yang cukup tua, bertahan hidup selama hampir saatu setengah abad, tepatnya 137 tahun. Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada 1995 Other NonPeerReviewed application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/285940/1/gerakan%20protes%20k.h.%20ahmad%20rifa%27i_ahmad%20adaby%20darban_1995.pdf Darban, Ahmad Adaby and Soemanto, Bakdi (1995) Gerakan Protes K.H. Ahmad Rifa'i terhadap Birokrasi Kolonial Belanda di Jawa Tengah: Cerminan Sebuah Dialog Budaya. Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. (Unpublished) KKI 2X0.32
spellingShingle Other Philosophy and Religious Studies
Darban, Ahmad Adaby
Soemanto, Bakdi
Gerakan Protes K.H. Ahmad Rifa'i terhadap Birokrasi Kolonial Belanda di Jawa Tengah: Cerminan Sebuah Dialog Budaya
title Gerakan Protes K.H. Ahmad Rifa'i terhadap Birokrasi Kolonial Belanda di Jawa Tengah: Cerminan Sebuah Dialog Budaya
title_full Gerakan Protes K.H. Ahmad Rifa'i terhadap Birokrasi Kolonial Belanda di Jawa Tengah: Cerminan Sebuah Dialog Budaya
title_fullStr Gerakan Protes K.H. Ahmad Rifa'i terhadap Birokrasi Kolonial Belanda di Jawa Tengah: Cerminan Sebuah Dialog Budaya
title_full_unstemmed Gerakan Protes K.H. Ahmad Rifa'i terhadap Birokrasi Kolonial Belanda di Jawa Tengah: Cerminan Sebuah Dialog Budaya
title_short Gerakan Protes K.H. Ahmad Rifa'i terhadap Birokrasi Kolonial Belanda di Jawa Tengah: Cerminan Sebuah Dialog Budaya
title_sort gerakan protes k h ahmad rifa i terhadap birokrasi kolonial belanda di jawa tengah cerminan sebuah dialog budaya
topic Other Philosophy and Religious Studies
url https://repository.ugm.ac.id/285940/1/gerakan%20protes%20k.h.%20ahmad%20rifa%27i_ahmad%20adaby%20darban_1995.pdf
work_keys_str_mv AT darbanahmadadaby gerakanproteskhahmadrifaiterhadapbirokrasikolonialbelandadijawatengahcerminansebuahdialogbudaya
AT soemantobakdi gerakanproteskhahmadrifaiterhadapbirokrasikolonialbelandadijawatengahcerminansebuahdialogbudaya