总结: | Ada dua jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia yaitu kopi Robusta dan Arabika. Kopi Arabika memiliki mutu cita rasa lebih tinggi dibandingkan kopi Robusta. Sehingga jika
kedua jenis kopi ini dipadukan dimungkinkan akan menghasilkan kualitas flavor yang baik dengan cita rasa tinggi dan warna yang kuat. Aroma yang khas pada kopi disebabkan adanya proses penyangraian, yang menimbulkan perubahan fisik dan kimiawi dalam biji kopi.
Evaluasi organoleptik terhadap kopi sangrai biasanya dilakukan secara tradisional bergantung pada indera manusia. Namun, indera manusia biasanya tidak stabil, tergantung kondisi fisik atau mental yang bersangkutan pada saat itu, dan hanya ukuran kualitatif yang bisa
ditetapkan. Untuk memungkinkan evaluasi aroma kopi dengan kehandalan tinggi yang kontinyu, sistem sensor elektronik yang menghasilkan pengukuran obyektif dapat menggunakan Electronic Nose. Electronic Nose mempunyai 4 buah sensor aroma yaitu TGS 822, TGS 825, TGS 826 dan TGS 2602. Artificial Neural Network (ANN) telah muncul sebagai alat yang menarik untuk pemodelan proses yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan campuran kopi Arabika dan Robusta yang sudah disangrai berdasarkan pengenalan pola JST dari hasil pembacaan nilai kuantitatif Elektronik Nose. Persentase campuran kopi Arabika dan Robusta yang digunakan menggunakan berturut-turut
: 100:0 %, 25:75 %, 33,3 : 66,7 %, 50:50 %, 66,7:33,3 %, 75:25, 75:50%, 0 :100%. JST yang digunakan menggunakan metode bacpropagation, nilai MSE yaitu 1 x 10 -5, maksimum
epoch 100000 dan 4 buah hiden layer. Dari hasil analisis kopi campur Arabika dan Robusta dihasilkan bahwa JST mampu mengkelastering kopi campuran Arabika dan Robusta dengan
nilai R= 0,98177.
|