Summary: | Erupsi G Merapi yang teljadi pada akhir 2010 telah menyebabkan beberapa sungai sangat potensial untuk menimbulkan aliran lahar, seiring dengan banyaknya akulllulasi sedimen pada sungai-sungai yang berhulu di wilayah G Merapi. Berbagai fenomena kerusakan sungai selia infrastruktur di sekitarnya Uembatan, jalan, penTIukiman, dll) yang diakibatkan oleh terjadinya aliran lahar menunjukkan tingginya persoalan bencana aliran lahar untuk kurun waktu yang cukup lama. Kerusakan dan kerugian akan tetap berlangsung, namun yang terpenting adalah mengurangi resiko kehilangan jiwa manusia. Mengingat besar kecilnya bencana aIiran lahar sangat tergantung pada pemicu utama berupa kejadian hujan, maka usaha pemantauan dan mitigasi bencana aIiran lahar merupakan langkah antisipatif dalam upaya menekan besamya dampak negatif tersebut, dan utamanya untuk menghindari resiko kehilangan jiwa. Makalah ini menampilkan pengalaman penerapan sistem pemantauan aliran lahar di beberapa sungai (utamanya K. Boyong/Code dan K. Putih), yang didasarkan pada kaidah hidraulikalhidrologi serta pola aspirasi dan kolaborasi masyarakat. Pemahaman sifat spesifik dan karakter sungai melalui sistem pemantauan berbasis kolaborasi masyarakat diharapkan dapat melllbantu usaha mitigasi bencana aliran lahar secara mandiri, sekaligus memelihara keberlanjutan sistem.
|