TUNA NETRA MEMBACA ARSITEKTUR STUDI KASUS: ARSITEKTUR SEKOLAH LUAR BIASA
Arsitektur dibangun untuk menjawab kebutuhan atau tujuan atau yang didalam dunia arsitektur dikenal dengan fungsi. keberadaan fungsi dalam sebuah bentuk menjadikannya sebagai pembeda dengan bidang seni lain seperti sculpture atau instalasi. Namun yang lebih penting dari itu, fungsi menjadi dasar pen...
Main Authors: | , , |
---|---|
Format: | Other |
Language: | English |
Published: |
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
2012
|
Subjects: | |
Online Access: | https://repository.ugm.ac.id/37371/1/Lap_Akhir_KDM_2012_rev_1_harry.pdf |
_version_ | 1826033578965729280 |
---|---|
author | kurniawan, harry maharani, Rizka Tiara Rahmawati, Atika |
author_facet | kurniawan, harry maharani, Rizka Tiara Rahmawati, Atika |
author_sort | kurniawan, harry |
collection | UGM |
description | Arsitektur dibangun untuk menjawab kebutuhan atau tujuan atau yang didalam dunia arsitektur dikenal dengan fungsi. keberadaan fungsi dalam sebuah bentuk menjadikannya sebagai pembeda dengan bidang seni lain seperti sculpture atau instalasi. Namun yang lebih penting dari itu, fungsi menjadi dasar penilaian awal baik buruknya sebuah karya arsitektur bekerja. Elemen-elemen arsitektur seperti ruang, bidang horizontal dan vertical, bukaan, warna dan lainnya harus bekerja untuk mewadahi terlaksananya fungsi dengan baik. Tokoh yang paling utama dalam penilaian baik tidaknya sebuah arsitektur tidak lain adalah pengguna karya arsitektur tersebut.
Dalam arsitektur, karakteristik pengguna menjadi bagian dari isu yang harus dideksripsikan dan dielaborasi dengan isu-isu disain lainnya; sehingga karya yang terbangun harusnya menjadi solusi isu-isu tersebut. Variasi karakteristik pengguna yang bisa tidak terduga, khususnya untuk bangunan publik, menyebabkan generalisasi menjadi hal yang biasa dilakukan. Namun kekeliruan dalam mengambil generalisasi sering menyebabkan munculnya diksriminasi bagi sekelompok orang, terutama kelompok difabel seperti tuna netra, tuna daksa, tuna runggu, ibu hamil, anak-anak dan lainnya, tidak terkecuali pada kasus Sekolah Luar Biasa yang ada di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Sekolah luar biasa, khususnya yang diperuntukkan untuk anak-anak tuna netra, sebagian besar tidak dari awal didesain untuk menjawab karakteristik pengguna (anak tuna netra). Keberadaan standar bangunan pendidikan serta studi mengenai karakteristik tuna netra, khususnya anak-anak, yang sangat terbatas menjadi salah satu penyebabnya. Dalam proses pemanfaatannya, tentu saja kedua belah pihak (pengguna dan arsitektur) harus berkompromi. Kompromi ini bisa dalam bentuk adaptasi pengguna atau melakukan perubahan pada arsitektur.
Pada pelaksanaan penelitian ini, dengan metoda observasi dan wawancara, ditemukan beberapa hal menarik. Pertama, karakter siswa khususnya tuna netra cukup beragam, namun ada dua siswa yang memiliki kemampuan unik, yaitu kepekaan terhadap cahaya, hawa,angin dan suara. Kedua, Jalur pergerakan yang dibuat siswa dan guru tuna netra relatif sederhana dengan pergerakan lurus dan linear. Ketiga, terdapat beberapa perilaku dalam bermobilitas seperti meraba dinding, berjalan lambat dan berjalan dekat dengan tembok. Keempat, layout ruang yang linear memudahkan siswa dan guru tuna netra untuk mengingat susunan ruang. Kelima, dinding, pintu dan jendela menjadi elemen penanda ruang dan susunan ruang. Keenam, guiding block tidak menjadi sangat penting dikarenakan gedung MTs ini sudah sangat dikenal oleh siswa dan guru.
|
first_indexed | 2024-03-05T23:27:43Z |
format | Other |
id | oai:generic.eprints.org:37371 |
institution | Universiti Gadjah Mada |
language | English |
last_indexed | 2024-03-05T23:27:43Z |
publishDate | 2012 |
publisher | Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada |
record_format | dspace |
spelling | oai:generic.eprints.org:373712016-02-25T01:49:57Z https://repository.ugm.ac.id/37371/ TUNA NETRA MEMBACA ARSITEKTUR STUDI KASUS: ARSITEKTUR SEKOLAH LUAR BIASA kurniawan, harry maharani, Rizka Tiara Rahmawati, Atika Architecture Arsitektur dibangun untuk menjawab kebutuhan atau tujuan atau yang didalam dunia arsitektur dikenal dengan fungsi. keberadaan fungsi dalam sebuah bentuk menjadikannya sebagai pembeda dengan bidang seni lain seperti sculpture atau instalasi. Namun yang lebih penting dari itu, fungsi menjadi dasar penilaian awal baik buruknya sebuah karya arsitektur bekerja. Elemen-elemen arsitektur seperti ruang, bidang horizontal dan vertical, bukaan, warna dan lainnya harus bekerja untuk mewadahi terlaksananya fungsi dengan baik. Tokoh yang paling utama dalam penilaian baik tidaknya sebuah arsitektur tidak lain adalah pengguna karya arsitektur tersebut. Dalam arsitektur, karakteristik pengguna menjadi bagian dari isu yang harus dideksripsikan dan dielaborasi dengan isu-isu disain lainnya; sehingga karya yang terbangun harusnya menjadi solusi isu-isu tersebut. Variasi karakteristik pengguna yang bisa tidak terduga, khususnya untuk bangunan publik, menyebabkan generalisasi menjadi hal yang biasa dilakukan. Namun kekeliruan dalam mengambil generalisasi sering menyebabkan munculnya diksriminasi bagi sekelompok orang, terutama kelompok difabel seperti tuna netra, tuna daksa, tuna runggu, ibu hamil, anak-anak dan lainnya, tidak terkecuali pada kasus Sekolah Luar Biasa yang ada di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Sekolah luar biasa, khususnya yang diperuntukkan untuk anak-anak tuna netra, sebagian besar tidak dari awal didesain untuk menjawab karakteristik pengguna (anak tuna netra). Keberadaan standar bangunan pendidikan serta studi mengenai karakteristik tuna netra, khususnya anak-anak, yang sangat terbatas menjadi salah satu penyebabnya. Dalam proses pemanfaatannya, tentu saja kedua belah pihak (pengguna dan arsitektur) harus berkompromi. Kompromi ini bisa dalam bentuk adaptasi pengguna atau melakukan perubahan pada arsitektur. Pada pelaksanaan penelitian ini, dengan metoda observasi dan wawancara, ditemukan beberapa hal menarik. Pertama, karakter siswa khususnya tuna netra cukup beragam, namun ada dua siswa yang memiliki kemampuan unik, yaitu kepekaan terhadap cahaya, hawa,angin dan suara. Kedua, Jalur pergerakan yang dibuat siswa dan guru tuna netra relatif sederhana dengan pergerakan lurus dan linear. Ketiga, terdapat beberapa perilaku dalam bermobilitas seperti meraba dinding, berjalan lambat dan berjalan dekat dengan tembok. Keempat, layout ruang yang linear memudahkan siswa dan guru tuna netra untuk mengingat susunan ruang. Kelima, dinding, pintu dan jendela menjadi elemen penanda ruang dan susunan ruang. Keenam, guiding block tidak menjadi sangat penting dikarenakan gedung MTs ini sudah sangat dikenal oleh siswa dan guru. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2012 Other PeerReviewed application/pdf en https://repository.ugm.ac.id/37371/1/Lap_Akhir_KDM_2012_rev_1_harry.pdf kurniawan, harry and maharani, Rizka Tiara and Rahmawati, Atika (2012) TUNA NETRA MEMBACA ARSITEKTUR STUDI KASUS: ARSITEKTUR SEKOLAH LUAR BIASA. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. (Submitted) |
spellingShingle | Architecture kurniawan, harry maharani, Rizka Tiara Rahmawati, Atika TUNA NETRA MEMBACA ARSITEKTUR STUDI KASUS: ARSITEKTUR SEKOLAH LUAR BIASA |
title | TUNA NETRA MEMBACA ARSITEKTUR
STUDI KASUS: ARSITEKTUR SEKOLAH LUAR BIASA
|
title_full | TUNA NETRA MEMBACA ARSITEKTUR
STUDI KASUS: ARSITEKTUR SEKOLAH LUAR BIASA
|
title_fullStr | TUNA NETRA MEMBACA ARSITEKTUR
STUDI KASUS: ARSITEKTUR SEKOLAH LUAR BIASA
|
title_full_unstemmed | TUNA NETRA MEMBACA ARSITEKTUR
STUDI KASUS: ARSITEKTUR SEKOLAH LUAR BIASA
|
title_short | TUNA NETRA MEMBACA ARSITEKTUR
STUDI KASUS: ARSITEKTUR SEKOLAH LUAR BIASA
|
title_sort | tuna netra membaca arsitektur studi kasus arsitektur sekolah luar biasa |
topic | Architecture |
url | https://repository.ugm.ac.id/37371/1/Lap_Akhir_KDM_2012_rev_1_harry.pdf |
work_keys_str_mv | AT kurniawanharry tunanetramembacaarsitekturstudikasusarsitektursekolahluarbiasa AT maharanirizkatiara tunanetramembacaarsitekturstudikasusarsitektursekolahluarbiasa AT rahmawatiatika tunanetramembacaarsitekturstudikasusarsitektursekolahluarbiasa |