Summary: | Novel Seroja karya Sunaryono Basuki Ks. dipublikasikan pada tahun
2009. Novel Seroja yang merupakan karya sastra peraih Anugerah Sastra
Tantular ini mengungkapkan fenomena keterikatan perempuan Bali dalam
dominasi patriarki, khususnya dominasi dalam ranah adat, masyarakat dan
keluarga. Penelitian terhadap novel Seroja bertujuan menjelaskan hubungan
antara novel Seroja dengan masyarakat Bali, menguraikan bentuk-bentuk
dominasi patriarki dalam masyarakat Bali terhadap perempuan dan
menguraikan resistensi perempuan terhadap dominasi-dominasi patriarki
tersebut, baik dalam yang terdapat dalam novel Seroja maupun dominasi
patriarki yang terdapat dalam masyarakat realita.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan teori kritik
sastra feminis sebagai teori utama dan penggunaan metode dialektika sebagai
metode pendukung. Metode dialektika digunakan untuk menghubungkan karya
sastra dengan konteks masyarakat yang melahirkan karya sastra tersebut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ketidaksetaraan gender merupakan
bentukan sosial yang bernuansa patriarkis yang terdapat di dalam novel dan
terdapat dalam realita kehidupan masyarakat. Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan secara dialektis antara novel dengan konteks sosial
masyarakat. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, novel Seroja merupakan
refleksi dari fenomena sosial, khususnya fenomena yang berkaitan dengan
perempuan, yang terjadi pada masyarakat Bali. Novel Seroja mengungkapkan
adanya dominasi-dominasi patriarki terhadap perempuan, yang meliputi,
dominasi patriarki dalam perkawinan, dominasi patriarki dalam keluarga, dan
dominasi patriarki dalam ranah publik. Dominasi-dominasi patriarki tersebut
menyebabkan ketidakadilan terhadap perempuan. Ketidakadilan terhadap
perempuan memunculkan kesadaran feminis untuk melakukan resistensi
terhadap dominasi-dominasi patriarki tersebut. Resistensi perempuan terwujud
dalam tindakan dan pemikiran perempuan yang sejalan dengan pemikiran
feminis, untuk mengubah kondisi keterpurukan perempuan dalam lingkup adat,
masyarakat, dan keluarga. Citra perempuan kuasa muncul untuk melakukan
tindakan resistensi yang bertujuan memperjuangkan kebebasan perempuan
dalam menentukan pilihan-pilhan hidup tanpa dibatasi perbedaan kasta,
termasuk menentukan pilihan pasangan hidup. Selain itu perempuan mampu
menunjukkan ekstensialitas dirinya sebagai perempuan yang mandiri,
berpotensi dalam bidang pendidikan, dan mampu menjalankan peran-perannya
dalam kehidupan. Dengan demikian, dapat dikatakan perempuan dapat memiliki
potensi untuk dapat mensejajarkan dirinya dengan laki-laki, dan mampu
menjadi mitra laki-laki dalam keluarga, masyarakat dan pembangunan bangsa.
|