STANDARDISASI PENGUKURAN DEGRADASI IN SACCO UNTUK PERBAIKAN SISTEM EVALUASI PROTEIN RUMINANSIA DI INDONESIA

Sistem evaluasi protein berdasarkan protein kasar tercerna (Digestible Crude Protein) yang diterapkan di Indonesia sampai saat ini merupakan evaluasi protein untuk ternak ruminansia yang dirasakan kurang akurat, hal ini ditunjukkan adanya peningkatan penelitian yang mengarah pada evaluasi protein &q...

全面介绍

书目详细资料
主要作者: , Mohamad Soejono, dkk.
格式: 文件
出版: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2000
实物特征
总结:Sistem evaluasi protein berdasarkan protein kasar tercerna (Digestible Crude Protein) yang diterapkan di Indonesia sampai saat ini merupakan evaluasi protein untuk ternak ruminansia yang dirasakan kurang akurat, hal ini ditunjukkan adanya peningkatan penelitian yang mengarah pada evaluasi protein "modern" (10 makalah di kelompok IV, pembahasan Hibah Bersaing I/5, II/4, III/3, IV/2 dan V/1, 1997). Berdasarkan hasil evaluasi Hibah Bersaing (1997) menunjukkan bahwa terdapat variasi degradasi protein pada pakan tertentu yang diukur oleh peneliti berbeda, hal ini dimungkinkan adanya perbedaan metode in sacco yang digunakan. Para peneliti sepakat bahwa sistem evaluasi protein yang ada sekarang perlu ditinjau kembali, dan perlu adanya standarisasi pengukuran sehingga data yang diperoleh di beberapa laboratorium dapat dimanfaatkan secara nasional. Faktor metodologi pengukuran in sacco yang mempengaruhi degradasi pakan dalam rumen adalah porositas dan luas kantong nilon, berat dan preparasi sampel, posisi kantong sewaktu inkubasi, ransum percobaan, waktu inkubasi dan proses pencucian (Orskov et al., 1981