IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BEREFEK APRODISIAKA DARI EKSTRAK CACING TANAH

Telah terbukti bahwa ekstrak cacing tanah (Lubcricus rubellus) dapat digunakan sebagai obat aprodisiaka (Sasmito, 2000) maka dilakukan penelitian identifikasi senyawa yaitu mencari senyawa mana yang berefek aprodisiaka dari ektsrak cacing tanah tersebut. Dari hasil Sasmito (2000), yang mempunyai efe...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: , Sasmito
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2000
_version_ 1797031049136439296
author , Sasmito
author_facet , Sasmito
author_sort , Sasmito
collection UGM
description Telah terbukti bahwa ekstrak cacing tanah (Lubcricus rubellus) dapat digunakan sebagai obat aprodisiaka (Sasmito, 2000) maka dilakukan penelitian identifikasi senyawa yaitu mencari senyawa mana yang berefek aprodisiaka dari ektsrak cacing tanah tersebut. Dari hasil Sasmito (2000), yang mempunyai efek terbesar adalah P1 dan P2, jadi senyawa yang larut dalam minyak (non polar). Cacing tanah dikumpulkan dan dibersihkaan dimasukkan ke dalam bekerglas, beker ditutup dengan penutup steril. Kain dibasahi kloroform ditempatkan di atas penutup dan ditinggalkan tanpa diganggu selama 15 menit. Kain diambil kemudian beker ditempatkan di dalam oven pada 550C. Sampel dikeringkan dengan kadang kadang diaduk sampai kering berbau manis, lalu diserbuk dan disimpan dalam eksikator. Dua puluh lima gram sampel disari dengan petroleum eter 250 ml dengan Sohxlet selama 4 jam. Sisa sampel dikeringkan sampai bebas petroleum eter, kemudian diekstraksi dengan pelarut non polar, eter. Disaring diambil filtratnya (zat yang larut dalam eter, kotoran mekanis dibuang). Filtrat eter kemudian diekstraksi dengan larutan bufer fosfat pH 7. Filtrat (bufer) kemudian diekstraksi dengan kloroform (untuk menarik senyawa yang semi polar). Fraksi bufer diekstraksi dengan kloroform pisahkan fraksi kloroform. Jadi didapat tiga fraksi yaitu fraksi eter (senyawa yang hanya larut dalam eter, pelarut non polar), fraksi bufer (bila ada senyawa yang larut dalam bufer, pelarut polar) dan fraksi kloroform (bila ada senyawa yang terlarut di dalam kloroform, pelarut semi polar). Kemudian ketiga fraksi tersebut dikeringkan. Senyawa yang larut dalam senyawa non polar saja (eter) dideteksi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), HPLC preparatif, Spektrofotometer UV, IR, NMR dan GC Masspect.
first_indexed 2024-03-13T22:15:51Z
format Article
id oai:generic.eprints.org:92442
institution Universiti Gadjah Mada
last_indexed 2024-03-13T22:15:51Z
publishDate 2000
publisher [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
record_format dspace
spelling oai:generic.eprints.org:924422014-11-28T07:37:48Z https://repository.ugm.ac.id/92442/ IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BEREFEK APRODISIAKA DARI EKSTRAK CACING TANAH , Sasmito Telah terbukti bahwa ekstrak cacing tanah (Lubcricus rubellus) dapat digunakan sebagai obat aprodisiaka (Sasmito, 2000) maka dilakukan penelitian identifikasi senyawa yaitu mencari senyawa mana yang berefek aprodisiaka dari ektsrak cacing tanah tersebut. Dari hasil Sasmito (2000), yang mempunyai efek terbesar adalah P1 dan P2, jadi senyawa yang larut dalam minyak (non polar). Cacing tanah dikumpulkan dan dibersihkaan dimasukkan ke dalam bekerglas, beker ditutup dengan penutup steril. Kain dibasahi kloroform ditempatkan di atas penutup dan ditinggalkan tanpa diganggu selama 15 menit. Kain diambil kemudian beker ditempatkan di dalam oven pada 550C. Sampel dikeringkan dengan kadang kadang diaduk sampai kering berbau manis, lalu diserbuk dan disimpan dalam eksikator. Dua puluh lima gram sampel disari dengan petroleum eter 250 ml dengan Sohxlet selama 4 jam. Sisa sampel dikeringkan sampai bebas petroleum eter, kemudian diekstraksi dengan pelarut non polar, eter. Disaring diambil filtratnya (zat yang larut dalam eter, kotoran mekanis dibuang). Filtrat eter kemudian diekstraksi dengan larutan bufer fosfat pH 7. Filtrat (bufer) kemudian diekstraksi dengan kloroform (untuk menarik senyawa yang semi polar). Fraksi bufer diekstraksi dengan kloroform pisahkan fraksi kloroform. Jadi didapat tiga fraksi yaitu fraksi eter (senyawa yang hanya larut dalam eter, pelarut non polar), fraksi bufer (bila ada senyawa yang larut dalam bufer, pelarut polar) dan fraksi kloroform (bila ada senyawa yang terlarut di dalam kloroform, pelarut semi polar). Kemudian ketiga fraksi tersebut dikeringkan. Senyawa yang larut dalam senyawa non polar saja (eter) dideteksi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), HPLC preparatif, Spektrofotometer UV, IR, NMR dan GC Masspect. [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2000 Article NonPeerReviewed , Sasmito (2000) IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BEREFEK APRODISIAKA DARI EKSTRAK CACING TANAH. text. http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=227
spellingShingle , Sasmito
IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BEREFEK APRODISIAKA DARI EKSTRAK CACING TANAH
title IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BEREFEK APRODISIAKA DARI EKSTRAK CACING TANAH
title_full IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BEREFEK APRODISIAKA DARI EKSTRAK CACING TANAH
title_fullStr IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BEREFEK APRODISIAKA DARI EKSTRAK CACING TANAH
title_full_unstemmed IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BEREFEK APRODISIAKA DARI EKSTRAK CACING TANAH
title_short IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BEREFEK APRODISIAKA DARI EKSTRAK CACING TANAH
title_sort identifikasi senyawa yang berefek aprodisiaka dari ekstrak cacing tanah
work_keys_str_mv AT sasmito identifikasisenyawayangberefekaprodisiakadariekstrakcacingtanah