MALARIA DAN KEHAMILAN : Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi
Salah satu masalah kesehatan di negara tropis seperti Indonesia yang masih memerlukan perhatian khusus adalah Malaria. Selain karena insidensinya yang masih tetap tinggi dari tahun ke tahun, morbiditas penyakit ini cukup signifikan di daerah endemik sedangkan angka kematian juga cukup banyak dilapor...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Published: |
[Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
2000
|
_version_ | 1826044175184822272 |
---|---|
author | , Iwan Dwiprahasto |
author_facet | , Iwan Dwiprahasto |
author_sort | , Iwan Dwiprahasto |
collection | UGM |
description | Salah satu masalah kesehatan di negara tropis seperti Indonesia yang masih memerlukan perhatian khusus adalah Malaria. Selain karena insidensinya yang masih tetap tinggi dari tahun ke tahun, morbiditas penyakit ini cukup signifikan di daerah endemik sedangkan angka kematian juga cukup banyak dilaporkan akhir-akhir ini. Selain bayi dan balita, ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap infeksi malaria. Di daerah endemik malaria, sebagian besar wanita secara alamiah memiliki efek imunitas protektif melalui infeksi yang berulang, sehingga gejala malaria pada kelompok ini sering samar (asimptomatik) atau bahkan tidak terdeteksi sama sekali. Interferensi parasit malaria dalam darah ibu hamil memberi dampak langsung baik pada ibu, plasenta, maupun bayi yang dikandungnya. Anemia yang sering ditemukan pada ibu hamil semakin diperberat dengan adanya malaria. Risiko terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR) yang sering ditemukan pada ibu yang anemia selama kehamilan menjadi lebih tinggi jika ibu tersebut menderita malaria. Di Indonesia angka kematian bayi masih termasuk tertinggi di Asia, sebagian besar adalah akibat BBLR. Di daerah endemik malaria seperti Jepara, Purworejo, Irian, dan Maluku, angka kematian bayi jauh lebih tinggi daripada daerah lainnya. Upaya untuk mengatasi tingginya angka kematian bayi khususnya di daerah endemik malaria sangatlah diperlukan agar generasi yang dilahirkan di daerah-daerah tersebut dapat menjadi salah satu SDM yang potensial dalam mendukung berbagai program pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah. Agar intervensi yang diterapkan (antara lain pemberian khemoprofilaksi malaria) nantinya memberikan hasil seperti yang diharapkan, diperlukan suatu studi yang bersifat kompre-hensif yang dapat membuktikan secara ilmiah kerentanan ibu hamil yang menderita malaria terhadap berbagai risiko infeksi malaria. Penelitian in dilakukan selain untuk mengetahui insidensi dan dampak malaria pada kehamilan (baik pada ibu dan bayi yang dikandung) juga untuk mengetahui burden of illness malaria pada ibu hamil serta mengetahui upaya upaya strategik yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko yang lebih buruk pada ibu dan bayinya. Studi ini dilaksanakan secara berkesinambungan selama periode 3 tahun untuk mencakup semua kehamilan dan persalinan yang terjadi di dua kecamatan yang termasuk daerah endemik malaria (Batealit dan Mayong, Kabupaten Jepara). Dua rancang bangun studi dilakukan dalam penelitian ini, yaitu studi longitudinal dan studi case control. Active surveillance dilakukan untuk menjaring semua ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 20 minggu (untuk studi longitudinal) dan usia kehamilan di atas 20 minggu (untuk studi case control). Jumlah total subyek yang akan dicakup dalam penelitian adalah 1.800 ibu hamil dan produk persalinannya. Semua ibu dengan umur kehamilan < 20 minggu akan dicatat dan diwawancara menggunakan formulir terstruktur, diperiksa apus darah tepinya untuk malaria dan diterapi dengan obat standard apabila ditemukan parasit di dalam sediaan apus darah tepinya. Kunjungan rumah akan dilakukan secara berkala tiap dua minggu sekali untuk menjaring setiap kecurigaan terjadinya malaria selama kehamilan. Kunjungan ibu secara berkala di polindes juga akan dicatat untuk mengetahui adanya gejala yang mengarah pada malaria. Terapi standard diberikan jika ibu menderita malaria selama periode kehamilannya, dan follow up dilakukan pada hari ke 10, 17 dan 21 untuk meyakinkan bahwa parasit benar benar telah dieliminasi dengan pemberian obat. Pada saat persalinan, penolong persalinan (dukun, bidan desa, bidan Puskesmas) mengambil sediaan apus darah dari plasenta dan menyerahkannya ke petugas lapangan. Dalam waktu 24 jam setelah persalinan akan dilakukan kunjungan rumah oleh tim kecil untuk melakukan beberapa pengukuran antropometrik pada ibu dan bayinya serta pengambilan sediaan apus darah tepi dari ibu dan bayi. Dalam tahap I, tahun 1 dilakukan studi longitudinal, sedangkan dalam tahap II dan III selain studi longitudinal juga dilakukan studi case control untuk membuktikan secara definitif hubungan antara eksposur malaria selama kehamilan dengan berbagai dampak yang terjadi baik pada ibu, plasenta maupun bayi yang dilahirkan. Sampai saat ini jumlah total ibu hamil yang berpartisipasi 1.680 orang, 1.560 di antaranya telah melahirkan bayinya. Proporsi primigravida cukup tinggi, yaitu 43 %. Umur rata rata ibu adalah 24,26 tahun dengan usia terendah 11 dan tertua 46 tahun. Lebih dari separuh ibu dan suaminya berpendidikan SD, sedangkan seperempat lainnya berpendidikan SMP. Sebagian besar ibu (42,62%) tidak bekerja, sedangkan 80,18% suami bekerja di perusahaan ukir dan meubel atau sebagai buruh tani. Lebih dari 12% subyek memiliki pengalaman melahirkan bayi yang meninggal baik saat dalam kandungan maupun beberapa saat setelah dilahirkan. Hanya sebagian kecil subyek (< 15%) melaporkan gejala yang mengarah pada kemungkinan malaria. Pemeriksaan antenatal care (ANC) selama kehamilan minimal dilakukan sekali oleh hampir semua subyek (95,45%), dan umumnya (68,39%) dilakukan di Polindes. Lebih dari 65% persalinan ditolong oleh dukun dan hanya 24% ditolong oleh bidan desa. Hanya sebagian kecil subyek (16,28%) menyatakan pernah menderita malaria sebelumnya, dan umumnya tanpa gejala yang jelas. Dari keseluruhan subyek, parasit malaria ditemukan pada 76 orang (4,5%) dengan lebih dari separuh di antaranya disebabkan oleh Plasmodium falciparum sedang sisanya adalah Plasmodium vivax. Dari studi ini dilaporkan bahwa risiko terjadinya BBLR pada ibu yang malaria 8,43 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menderita malaria selama kehamilannya, dan ini bermakna secara statistik (95%CI 4,91 |
first_indexed | 2024-03-13T22:15:56Z |
format | Article |
id | oai:generic.eprints.org:92466 |
institution | Universiti Gadjah Mada |
last_indexed | 2024-03-13T22:15:56Z |
publishDate | 2000 |
publisher | [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM |
record_format | dspace |
spelling | oai:generic.eprints.org:924662014-11-28T07:37:44Z https://repository.ugm.ac.id/92466/ MALARIA DAN KEHAMILAN : Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi , Iwan Dwiprahasto Salah satu masalah kesehatan di negara tropis seperti Indonesia yang masih memerlukan perhatian khusus adalah Malaria. Selain karena insidensinya yang masih tetap tinggi dari tahun ke tahun, morbiditas penyakit ini cukup signifikan di daerah endemik sedangkan angka kematian juga cukup banyak dilaporkan akhir-akhir ini. Selain bayi dan balita, ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terhadap infeksi malaria. Di daerah endemik malaria, sebagian besar wanita secara alamiah memiliki efek imunitas protektif melalui infeksi yang berulang, sehingga gejala malaria pada kelompok ini sering samar (asimptomatik) atau bahkan tidak terdeteksi sama sekali. Interferensi parasit malaria dalam darah ibu hamil memberi dampak langsung baik pada ibu, plasenta, maupun bayi yang dikandungnya. Anemia yang sering ditemukan pada ibu hamil semakin diperberat dengan adanya malaria. Risiko terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR) yang sering ditemukan pada ibu yang anemia selama kehamilan menjadi lebih tinggi jika ibu tersebut menderita malaria. Di Indonesia angka kematian bayi masih termasuk tertinggi di Asia, sebagian besar adalah akibat BBLR. Di daerah endemik malaria seperti Jepara, Purworejo, Irian, dan Maluku, angka kematian bayi jauh lebih tinggi daripada daerah lainnya. Upaya untuk mengatasi tingginya angka kematian bayi khususnya di daerah endemik malaria sangatlah diperlukan agar generasi yang dilahirkan di daerah-daerah tersebut dapat menjadi salah satu SDM yang potensial dalam mendukung berbagai program pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah. Agar intervensi yang diterapkan (antara lain pemberian khemoprofilaksi malaria) nantinya memberikan hasil seperti yang diharapkan, diperlukan suatu studi yang bersifat kompre-hensif yang dapat membuktikan secara ilmiah kerentanan ibu hamil yang menderita malaria terhadap berbagai risiko infeksi malaria. Penelitian in dilakukan selain untuk mengetahui insidensi dan dampak malaria pada kehamilan (baik pada ibu dan bayi yang dikandung) juga untuk mengetahui burden of illness malaria pada ibu hamil serta mengetahui upaya upaya strategik yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko yang lebih buruk pada ibu dan bayinya. Studi ini dilaksanakan secara berkesinambungan selama periode 3 tahun untuk mencakup semua kehamilan dan persalinan yang terjadi di dua kecamatan yang termasuk daerah endemik malaria (Batealit dan Mayong, Kabupaten Jepara). Dua rancang bangun studi dilakukan dalam penelitian ini, yaitu studi longitudinal dan studi case control. Active surveillance dilakukan untuk menjaring semua ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 20 minggu (untuk studi longitudinal) dan usia kehamilan di atas 20 minggu (untuk studi case control). Jumlah total subyek yang akan dicakup dalam penelitian adalah 1.800 ibu hamil dan produk persalinannya. Semua ibu dengan umur kehamilan < 20 minggu akan dicatat dan diwawancara menggunakan formulir terstruktur, diperiksa apus darah tepinya untuk malaria dan diterapi dengan obat standard apabila ditemukan parasit di dalam sediaan apus darah tepinya. Kunjungan rumah akan dilakukan secara berkala tiap dua minggu sekali untuk menjaring setiap kecurigaan terjadinya malaria selama kehamilan. Kunjungan ibu secara berkala di polindes juga akan dicatat untuk mengetahui adanya gejala yang mengarah pada malaria. Terapi standard diberikan jika ibu menderita malaria selama periode kehamilannya, dan follow up dilakukan pada hari ke 10, 17 dan 21 untuk meyakinkan bahwa parasit benar benar telah dieliminasi dengan pemberian obat. Pada saat persalinan, penolong persalinan (dukun, bidan desa, bidan Puskesmas) mengambil sediaan apus darah dari plasenta dan menyerahkannya ke petugas lapangan. Dalam waktu 24 jam setelah persalinan akan dilakukan kunjungan rumah oleh tim kecil untuk melakukan beberapa pengukuran antropometrik pada ibu dan bayinya serta pengambilan sediaan apus darah tepi dari ibu dan bayi. Dalam tahap I, tahun 1 dilakukan studi longitudinal, sedangkan dalam tahap II dan III selain studi longitudinal juga dilakukan studi case control untuk membuktikan secara definitif hubungan antara eksposur malaria selama kehamilan dengan berbagai dampak yang terjadi baik pada ibu, plasenta maupun bayi yang dilahirkan. Sampai saat ini jumlah total ibu hamil yang berpartisipasi 1.680 orang, 1.560 di antaranya telah melahirkan bayinya. Proporsi primigravida cukup tinggi, yaitu 43 %. Umur rata rata ibu adalah 24,26 tahun dengan usia terendah 11 dan tertua 46 tahun. Lebih dari separuh ibu dan suaminya berpendidikan SD, sedangkan seperempat lainnya berpendidikan SMP. Sebagian besar ibu (42,62%) tidak bekerja, sedangkan 80,18% suami bekerja di perusahaan ukir dan meubel atau sebagai buruh tani. Lebih dari 12% subyek memiliki pengalaman melahirkan bayi yang meninggal baik saat dalam kandungan maupun beberapa saat setelah dilahirkan. Hanya sebagian kecil subyek (< 15%) melaporkan gejala yang mengarah pada kemungkinan malaria. Pemeriksaan antenatal care (ANC) selama kehamilan minimal dilakukan sekali oleh hampir semua subyek (95,45%), dan umumnya (68,39%) dilakukan di Polindes. Lebih dari 65% persalinan ditolong oleh dukun dan hanya 24% ditolong oleh bidan desa. Hanya sebagian kecil subyek (16,28%) menyatakan pernah menderita malaria sebelumnya, dan umumnya tanpa gejala yang jelas. Dari keseluruhan subyek, parasit malaria ditemukan pada 76 orang (4,5%) dengan lebih dari separuh di antaranya disebabkan oleh Plasmodium falciparum sedang sisanya adalah Plasmodium vivax. Dari studi ini dilaporkan bahwa risiko terjadinya BBLR pada ibu yang malaria 8,43 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menderita malaria selama kehamilannya, dan ini bermakna secara statistik (95%CI 4,91 [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2000 Article NonPeerReviewed , Iwan Dwiprahasto (2000) MALARIA DAN KEHAMILAN : Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi. text. http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=251 |
spellingShingle | , Iwan Dwiprahasto MALARIA DAN KEHAMILAN : Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi |
title | MALARIA DAN KEHAMILAN : Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi |
title_full | MALARIA DAN KEHAMILAN : Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi |
title_fullStr | MALARIA DAN KEHAMILAN : Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi |
title_full_unstemmed | MALARIA DAN KEHAMILAN : Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi |
title_short | MALARIA DAN KEHAMILAN : Dampak Terhadap Ibu, Janin dan Bayi serta Potensi Intervensi Kemoprofilaksi |
title_sort | malaria dan kehamilan dampak terhadap ibu janin dan bayi serta potensi intervensi kemoprofilaksi |
work_keys_str_mv | AT iwandwiprahasto malariadankehamilandampakterhadapibujanindanbayisertapotensiintervensikemoprofilaksi |