Résumé: | Salah satu usaha untuk pencarian senyawa, aktif bahan alam yang berkhasiat sebagai bahan obat adalah dari hutan tropika, dimana secara empiris telah banyak digunakan oleh masyarakat. Salah satu tumbuhan tersebut adalah Swiethenia macrophylla King atau disebut mahoni. Pemanfaatan tumbuhan ini mulai dari kayu, biji, sampai getahnya. Biji mahoni secara turun temurun telah banyak digunakan diantaranya sebagai obat pencegah demam berdarah dan malaria yang diduga merupakan zat berasa pahit dari biji tumbuhan tersebut. Zat berasa pahit dan suku meliaceae biasanya adalah dari golongan triterpenoid, alkaloid dan fenolik Sebagai langkah awal penelitian awal dicoba untuk menentukan zat berasa pahit tersebut dari tumbuhan mahoni yang tumbuh di daerah Kulonprogo yang mempunyai komposisi tanah berlempung dan di daerah Gunung Kidul yang mempunyai komposisi tanah bergamping sehingga diketahui perbedaan kandungan zat berasa pahit terhadap aktifitas (nantinya) sebagai obat demam berdarah maupun malaria. Pembentukan metabolit (kandungan kimia) dalam tumbuhan akan mengalami dinamika seiring dengan tingkat pertumbuhan. Disamping itu kondisi lingkungan hidup (habitat) antara lain kondisi tanah, pH tanah, frekuensi turunnya hujan, kelembaban udara, infeksi jamur dan pengaruh keberadaan tumbuhan lain (alelopati) merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keragaman komposisi kandungan kimia pada suatu jenis tumbuhan tertentu (variabilitas alamiah). Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel berupa biji di daerah Kulon Progo dan Gunung Kidul. Kemudian setelah dikeringkan dan diserbuk dilakukan penentuan zat berasa pahit dari biji mahoni dari tempat tumbuh yang berbeda tersebut dengan menggunakan serangkaian uji kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji mahoni yang diambil dari kedua tempat ternyata, tidak menunjukkan perbedaan kandungan zat berasa pahit secara kualitatif. Angka kepahitan dari biji mahoni lebih tinggi dari standar Kinin HCI.
|