PERANAN ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN LAUT NASIONAL PULAU GUNUNG API BANDA MALUKU

Kondisi lestari terumbu karang di Indonesia saat ini semakin terancam, 46% telah rusak, 14% kritis, 33% baik, dan hanya 7% sangat baik, Peningkatan berbagai aktivitas manusia yang terpusat di kawasan terumbu karang seperti: penangkapan ikan dengan bahan peledak dan beracun, kegiatan wisata dan pemba...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: , Latif Sahubawa dan M. Arief Hussein
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2001
_version_ 1826044186925727744
author , Latif Sahubawa dan M. Arief Hussein
author_facet , Latif Sahubawa dan M. Arief Hussein
author_sort , Latif Sahubawa dan M. Arief Hussein
collection UGM
description Kondisi lestari terumbu karang di Indonesia saat ini semakin terancam, 46% telah rusak, 14% kritis, 33% baik, dan hanya 7% sangat baik, Peningkatan berbagai aktivitas manusia yang terpusat di kawasan terumbu karang seperti: penangkapan ikan dengan bahan peledak dan beracun, kegiatan wisata dan pembangunan di pesisir dan pantai, konflik pemanfaatan, serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat ekonomi dan ekologi ekosistem terumbu karang semakin menambah beban kerusakan. Konflik kepentingan selain mencerminkan pemahaman yang bersifat sektoral, juga masih rendah kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan para pengambil keputusan mengenai manfaat/fungsi terumbu karang. Kerusakan ekosistem terumbu karang diakibatkan oleh kegiatan penggunaan lahan di kawasan pesisir dan pantai yaitu menimbulkan siltasi dan sedimentasi, pengelolaan DAS, pengembangan jaringan jalan, pembangunan pertanian intensif pada lahan yang secara ekologis marginal. Selain itu siltasi dan sedimen, limbah pertanian, domestik, industri, air panas, pengerukan alur pelayaran, serta penambangan batu karang dan pasir semakin merusak kelestarian terumbu karang. Tujuan penelitian adalah: mengetahui kualitas fisik kimia perairan laut dalam peruntukkan sebagai tempat Konservasi Biota Laut, identifikasi dan analisis pengaruh aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya terumbu karang, identifikasi jenis dan jumlah ikan hias di kawasan terumbu karang, dan identifikasi berbagai aktivitas manusia yang berdampak negatif terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di Taman Laut Nasional Pulau Gunung Api Banda. Lokasi penelitian terletak di kawasan Taman Laut dengan pengambilan sampel pada 4 lokasi (stasiun). Sampel yang digunakan meliputi: penduduk (responden), air laut, terumbu karang, dan ikan hias. Responden sebagai suplai data sosial ekonomi dengan jumlah 200 orang, pengambilan data dengan teknik "kuesioner dan wawancara" dan dianalisis dengan metode "regresilinier berganda". Sampel air laut untuk analisis sifat fisik kimia, dianalisis dengan metode laboratoris. Sampel terumbu karang untuk suplai data tingkat kerusakan/keanekaragaman, dan ikan hias untuk mengetahui kuantitas biota yang hidup, berasosiasi dengan terumbu karang. Selain data primer di atas, data pendukung lainnya (sekuder) diperoleh dari Kantor Kecamatan dan Cabang Dinas Perikanan Kepulauan Banda. Nilai parameter fisik kimia (gelombang, kecepatan arus, kecerahan, suhu, salinitas, oksigen tedarut, dan pH) perairan Taman Laut Nasional Pulau Gunung Api Banda masih berada di bawah nilai ambang batas Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut (Kepmen KLH. No. 2 tahun 1988). Berdasarkan hasil identifikasi, jumlah spesies terumbu karang pada 4 stasiun sampling sebanyak 20 jenis yang berasal dari 10 suku. Jenis terumbu karang yang dominan adalah: Porytes lutae, Goniastrea rotiformis, Echinopora lamellosa, Platigira sp., Goniopora sp., Acropora aspera, A. Echinota, Pachyseris rugoso, Milepora sp., dan Polypilia talpina. Pada stasiun 1, jumlah individu terumbu karang yang terbanyak berasal dari jenis Ganiastrea retiformis (28 ekor) sedangkan yang sedikit (1 ekor) dari jenis Polypillia talpina dengan indeks keanekaragaman (H') = 0,709. Pada stasiun pembanding I, spesies Polypillia talpina adalah yang terbanyak (51 ekor) dan yang sedikit dari jenis Galaxea pascilucaris (2 ekor) dengan nilai H' = 0,919. Pada stasiun II, jumlah individu terbanyak berasal dari jenis Porytes lutae (38 ekor), sedangkan yang sedikit (1 ekor) dari jenis Heliopora sp. dengan niai H' = 0,721. Pada stasiun pembanding II, spesies Polypillia talpina terdapat dalam jumlah besar (42 ekor) dan sedikit dari jenis Mintipora sp. (2 ekor) dengan nilai H' = 0,828. Jumlah individu, total jenis, diameter, dan nilai H' pada Stasiun Pembanding I dan II lebih besar dibanding Stasiun I dan II. Ikan karang yang didapatkan pada lokasi sampling adalah 21 jenis yang didominasi jenis: Achanturus sp., Amphiprion sp., Abudefduf vaigniensis, Caranx sp., Chaetodon melanotus, C. Wasciatus, dan C. vagabundus. Tingkat pendidikan penduduk Desa Kampung Baru (stasiun I) dan Desa Selamun (stasiun II) sangat rendah karena dari total 200 responden ternyata 80% berstatus tidak berpendidikan", dan memiliki kecenderungan berperilaku negatif besar (masing masing 68% dan 79%). Berdasarkan hasil Tabulasi Silang dari variabel perilaku penduduk pada Stasiun I dan II, ternyata kontribusi pengaruh variabel bebas terhadap perilaku negatif penduduk dalam pemanfaatan sumberdaya terumbu karang adalah sebagai berikut: tidak berpendidikan 64%
first_indexed 2024-03-13T22:16:07Z
format Article
id oai:generic.eprints.org:92525
institution Universiti Gadjah Mada
last_indexed 2024-03-13T22:16:07Z
publishDate 2001
publisher [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
record_format dspace
spelling oai:generic.eprints.org:925252014-11-28T07:37:29Z https://repository.ugm.ac.id/92525/ PERANAN ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN LAUT NASIONAL PULAU GUNUNG API BANDA MALUKU , Latif Sahubawa dan M. Arief Hussein Kondisi lestari terumbu karang di Indonesia saat ini semakin terancam, 46% telah rusak, 14% kritis, 33% baik, dan hanya 7% sangat baik, Peningkatan berbagai aktivitas manusia yang terpusat di kawasan terumbu karang seperti: penangkapan ikan dengan bahan peledak dan beracun, kegiatan wisata dan pembangunan di pesisir dan pantai, konflik pemanfaatan, serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat ekonomi dan ekologi ekosistem terumbu karang semakin menambah beban kerusakan. Konflik kepentingan selain mencerminkan pemahaman yang bersifat sektoral, juga masih rendah kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan para pengambil keputusan mengenai manfaat/fungsi terumbu karang. Kerusakan ekosistem terumbu karang diakibatkan oleh kegiatan penggunaan lahan di kawasan pesisir dan pantai yaitu menimbulkan siltasi dan sedimentasi, pengelolaan DAS, pengembangan jaringan jalan, pembangunan pertanian intensif pada lahan yang secara ekologis marginal. Selain itu siltasi dan sedimen, limbah pertanian, domestik, industri, air panas, pengerukan alur pelayaran, serta penambangan batu karang dan pasir semakin merusak kelestarian terumbu karang. Tujuan penelitian adalah: mengetahui kualitas fisik kimia perairan laut dalam peruntukkan sebagai tempat Konservasi Biota Laut, identifikasi dan analisis pengaruh aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya terumbu karang, identifikasi jenis dan jumlah ikan hias di kawasan terumbu karang, dan identifikasi berbagai aktivitas manusia yang berdampak negatif terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di Taman Laut Nasional Pulau Gunung Api Banda. Lokasi penelitian terletak di kawasan Taman Laut dengan pengambilan sampel pada 4 lokasi (stasiun). Sampel yang digunakan meliputi: penduduk (responden), air laut, terumbu karang, dan ikan hias. Responden sebagai suplai data sosial ekonomi dengan jumlah 200 orang, pengambilan data dengan teknik "kuesioner dan wawancara" dan dianalisis dengan metode "regresilinier berganda". Sampel air laut untuk analisis sifat fisik kimia, dianalisis dengan metode laboratoris. Sampel terumbu karang untuk suplai data tingkat kerusakan/keanekaragaman, dan ikan hias untuk mengetahui kuantitas biota yang hidup, berasosiasi dengan terumbu karang. Selain data primer di atas, data pendukung lainnya (sekuder) diperoleh dari Kantor Kecamatan dan Cabang Dinas Perikanan Kepulauan Banda. Nilai parameter fisik kimia (gelombang, kecepatan arus, kecerahan, suhu, salinitas, oksigen tedarut, dan pH) perairan Taman Laut Nasional Pulau Gunung Api Banda masih berada di bawah nilai ambang batas Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut (Kepmen KLH. No. 2 tahun 1988). Berdasarkan hasil identifikasi, jumlah spesies terumbu karang pada 4 stasiun sampling sebanyak 20 jenis yang berasal dari 10 suku. Jenis terumbu karang yang dominan adalah: Porytes lutae, Goniastrea rotiformis, Echinopora lamellosa, Platigira sp., Goniopora sp., Acropora aspera, A. Echinota, Pachyseris rugoso, Milepora sp., dan Polypilia talpina. Pada stasiun 1, jumlah individu terumbu karang yang terbanyak berasal dari jenis Ganiastrea retiformis (28 ekor) sedangkan yang sedikit (1 ekor) dari jenis Polypillia talpina dengan indeks keanekaragaman (H') = 0,709. Pada stasiun pembanding I, spesies Polypillia talpina adalah yang terbanyak (51 ekor) dan yang sedikit dari jenis Galaxea pascilucaris (2 ekor) dengan nilai H' = 0,919. Pada stasiun II, jumlah individu terbanyak berasal dari jenis Porytes lutae (38 ekor), sedangkan yang sedikit (1 ekor) dari jenis Heliopora sp. dengan niai H' = 0,721. Pada stasiun pembanding II, spesies Polypillia talpina terdapat dalam jumlah besar (42 ekor) dan sedikit dari jenis Mintipora sp. (2 ekor) dengan nilai H' = 0,828. Jumlah individu, total jenis, diameter, dan nilai H' pada Stasiun Pembanding I dan II lebih besar dibanding Stasiun I dan II. Ikan karang yang didapatkan pada lokasi sampling adalah 21 jenis yang didominasi jenis: Achanturus sp., Amphiprion sp., Abudefduf vaigniensis, Caranx sp., Chaetodon melanotus, C. Wasciatus, dan C. vagabundus. Tingkat pendidikan penduduk Desa Kampung Baru (stasiun I) dan Desa Selamun (stasiun II) sangat rendah karena dari total 200 responden ternyata 80% berstatus tidak berpendidikan", dan memiliki kecenderungan berperilaku negatif besar (masing masing 68% dan 79%). Berdasarkan hasil Tabulasi Silang dari variabel perilaku penduduk pada Stasiun I dan II, ternyata kontribusi pengaruh variabel bebas terhadap perilaku negatif penduduk dalam pemanfaatan sumberdaya terumbu karang adalah sebagai berikut: tidak berpendidikan 64% [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2001 Article NonPeerReviewed , Latif Sahubawa dan M. Arief Hussein (2001) PERANAN ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN LAUT NASIONAL PULAU GUNUNG API BANDA MALUKU. text. http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=311
spellingShingle , Latif Sahubawa dan M. Arief Hussein
PERANAN ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN LAUT NASIONAL PULAU GUNUNG API BANDA MALUKU
title PERANAN ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN LAUT NASIONAL PULAU GUNUNG API BANDA MALUKU
title_full PERANAN ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN LAUT NASIONAL PULAU GUNUNG API BANDA MALUKU
title_fullStr PERANAN ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN LAUT NASIONAL PULAU GUNUNG API BANDA MALUKU
title_full_unstemmed PERANAN ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN LAUT NASIONAL PULAU GUNUNG API BANDA MALUKU
title_short PERANAN ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN LAUT NASIONAL PULAU GUNUNG API BANDA MALUKU
title_sort peranan aspek pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang di taman laut nasional pulau gunung api banda maluku
work_keys_str_mv AT latifsahubawadanmariefhussein perananaspekpengetahuansikapdanperilakumasyarakatterhadapkelestarianekosistemterumbukarangditamanlautnasionalpulaugunungapibandamaluku