KAJIAN EKSISTERISI WANITA TANI DI DAERAH PERKOTAAN : Studi Kasus Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi dan Peran Wanita Tani di Kota Yogyakarta

Pembangunan kota yang terus berkembang dan terbatasnya sumberdaya lahan yang ada menyebabkan semakin tingginya tekanan lingkungan perkotaan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tanah tanah pertanian subur dikonversi menjadi fungsi fungsi kota. Akibatnya terjadi proses marginalisasi lahan perta...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: , Luthfi Muta'ali
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2001
Description
Summary:Pembangunan kota yang terus berkembang dan terbatasnya sumberdaya lahan yang ada menyebabkan semakin tingginya tekanan lingkungan perkotaan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tanah tanah pertanian subur dikonversi menjadi fungsi fungsi kota. Akibatnya terjadi proses marginalisasi lahan pertanian dan petani kota yang semakin meningkat, yang dikhawatirkan akan memunculkan banyak konflik yang dapat mengganggu pembangunan perkotaan. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dan bertujuan untuk memahami dan menganalisa dampak alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi dan peran wanita tani di perkotaan. Penelitian dilakukan di kota Yogayakarta dengan mengambil 2 sampel desa pertanian yang memiliki tingkat konversi lahan yang berbeda, yaitu desa Pandeyan dan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo. Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yakni : (1) morphological approach, (2) behaviour analysis, (3) policy approach. Pendekatan pertama dilakukan secara spasial dari fenomena konversi lahan, terutama melalui analisis data sekunder dan analisis peta. Secara spasial, melalui peta peta yang ada akan dikaji kecenderungan konversi lahan dari berbagai aspek, terutama lokasi dan sebarannya, luas per unit yang dikonversi, serta hubungannya dengan kecenderungan perkembangan fasilitas dan infrastruktur kota. Pendekatan kedua dilakukan untuk mengkaji karakteristik dan bentuk perubahan kondisi sosial ekonomi dan peran wanita tani di perkotaan. Sedangkan pendekatan ketiga dilakukan untuk menganalisis mekanisme pengelolaan pembangunan kota dan instrumen instrumennya serta implikasinya. Pendekatan dilakukan dengan metode content analysis, melalui penelaahan dokumen dokumen peraturan, kebijaksanaan dan rencana program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan perkotaan cenderung semakin meningkat, dengan kata lain wilayah studi berada dalam tekanan yang tidak terelakkan dari suatu proses konversi lahan pertanian untuk perkembangan kota. Proses konversi cenderung terjadi secara tersebar dalam ukuran kecil kecil dan tidak efisien. Secara spasial, semakin mendekati pusat kota semakin tinggi intensitas konversi lahan pertanian. Menurunnya kuantitas lahan pertanian diikuti oleh menurunnya produksi sektor pertanian dan kontribusinya terhadap ekonomi wilayah. Kondisi ini diperberat oleh meningkatnya jumlah rumah tangga petani yang tergantung pada lahan pertanian, sehingga makin lama luas penguasaan lahan pertanian semakin menyempit lebih dari 87% rumah tangga petani tergolong petani gurem, dengan luas penguasaan lahan kurang dari 0,5 ha. Akibatnya kondisi kesejahteraan petani umumnya, dan wanita tani khususnya di perkotaan. semakin menurun. Marginalisasi petani dan wanita tani terutama dirasakan oleh golongan wanita tani non pemilik lahan yaitu buruh tani, yang umumnya sebagain besar masih bertahan menjadi buruh tani, dengan kondisi yang semakin sulit. Sebagian lain, setelah konversi lahan pertanian berpindah kerja menjadi buruh bangunan, pembantu rumahtangga, buruh industri kecil. bangunan., peternak. Sedangkan dari golongan wanita tani pemilik lahan maupun sebagian penyewa, dapat dikatakan mendapat keuntungan dari penjualan dan alih fungsi lahan rumahtangga wanita tani pemilik keuntungan tersebut berupa nilai lahan yang tinggi dan uang hasil penjualan yang umumnya digunakan untuk modal usaha (berdagang, industri kecil bahan bangunan, dan usaha sewa rumah), sebagian kecil lainnya membeli lahan pertanian yang baru dengan lebih luas. Bagi petani penyewa keuntungan lain didapat dari pekerjaan sampingan. Transformasi mata pencaharian terjadi dalam jumlah yang relatif kecil. Sebagian besar wanita tani masih menganggap petani sebagai mata pencaharian pokok, namun sebagian yang lain berusaha untuk mendapatkan pekerjaan sampingan dan mulai beradaptasi dengan kegiatan non pertanian. Hasil pertanian masih tetap menjadi andalan sumber penghasilan sebagaian besar wanita tani, oleh karena itu pula sebagain besar responden mengatakan tingkat penghasilan mereka relatif tetap, dan hanya sedikit yang mengalami peningkatan. Bahkan sebagaian besar wanita tani yang berstatus buruh tani, setelah konversi mengatakan terjadi penurunan penghasilan. Hal ini selaras dengan perasaan wanita tani tentang tingkat kecukupan kebutuhan keluarga sehari hari. Kecenderungan konversi yang terus berlangsung dan semakin tidak terkendali, perlu disusun arahan kebijaksanaan yang bertujuan untuk melindungi petani khususnya wanita tani non pemilik dan menjamin keberlangsungan pekerjaan dan penghasilan mereka. Rekomendasi tersebut antara lain : (1) peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pemberdayaan petani, (2) pemanfaatan lahan dan kegiatan pertanian yang masih ada, secara optimal (menggarap lahan tidur), (3) rencana pengembangan wilayah 'multi fungsi kawasan', (4) pengendalian luas dan arah konversi lahan pertanian.