Summary: | Evaluasi kebutuhan protein ternak ruminansia yang digunakan di Indonesia saat ini adalah dalam bentuk protein kasar dan protein kasar tercerna alau apparent digestible protein dalam saluran pencernaan secara global. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara pengurangan antara nitrogen (protein) yang dikonsumsi dengan nitrogen yang ada di dalam feses. Sesungguhnya ternak rurninansia membutuhkan protein berupa protein yang siap dicerna di dalam intestinumnya, karena di dalam rumennya terjadi fermentasi nutrien pakan oleh mikro organisme, Protein yang siap dicerna/diabsorbsi di dalam intestinum tersebut berasal dari protein pakan yang tidak terdegradasi dan protein mikro organisme yang disintesis di dalam rumen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek dari pakan yang telah diketahui komponen penyusunnya dari penelitian sebelumnya yaitu transformasi protein pakan ke dalam protein mikroba serta kecernaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan pakan penelitian pada ternak sapi perah yang sedang laktasi terhadap produksi dan kualitas susunya serta perubahan berat badannya. Dalam penelitian digunakan ini enam ekor sapi perah betina Peranakan Friesian Holstein umur 4 6 tahun, beranak 2 4 kali, dengan masa laktasi bulan ke 2 atau ke 5 sesudah melahirkan dengaift berat badan antara 240 sampai 300kg. Pakan yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu pakan basal dan pakan penclitian. Pakan basal adalah pakan komplet (komersial) dengan kadar protein kasar 13 15 % , serat kasar 25% dan TDN sekitar 65%. Pakan penelitian terdiri dari rumput raja (RR), jerami kacang tanah QKT), dedak halus (DH) dan bungkil kelapa (BKL). Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Latin Square 200, yang terdiri dari 2 kelompok perlakuan pakan. Kelompok I adalah pakan rumput raja dan bungkil kelapa yang terdiri dari 3 macam perlakuan, dan kelompok II adalah pakan jerami kacang tanah dan dedak halus yang juga terdiri dari 3 macam perlakuan, masing masing kelompok menggunakan 3 ekor sapi. Enam ekor sapi dibagai secara acak menjadi dua kelompok masing masing kelompok erdiri dari 3 ekor sapi. Kelompok I diberi pakan basal (pakan komplet komersial) sebanyak 50% dari total kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi, sedangkan sisanya yang 50% diberi pakan perlakuan yang terdiri dari rumput raja dan bungkil kelapa. Perlakuan pakan pada kelompok I ini terdiri dari 100% RR + 0% BKL, 75% RR + 25% BKL dan 50% RR + 50% BKL. Pakan diberikan secara bergantian pada tiap sapi selama 3 periode penelitian. Secara bersamaan 3 ekor sapi yang lain pada kelompok II diberi pakan basal (pakan komplet komersial) sebanyak 50% dari total kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi, sedangkan sisanya yang 50% diberi pakan perlakuan yang terdiri dari jerami kacang tanah dan dedak halus. Perlakuan pakan pada kelompok 11 ini terdiri dari 100% JKT + 0% DH, 75% JKT + 25% DK dan 50% JKT + 50% DH. Pakan diberikan secara bergantian pada tiap sapi selama 3 periode penelitian. Tiap tiap periode penelitian terdiri dari 2 minggu masa adaptasi dan 2 minggu masa koleksi. Selama masa koleksi diukur konsumsi pakan, konsumsi nutrien, produksi dan kualitas susu (kadar lemak, protein dan padatan tanpa lemak) serta perubahan berat badan. Pakan dan sisanya dianalisis kadar bahan kering dan organiknya, protein kasar dan serat kasamya (AOAC, 1975). Kadar lemak susu diukur menurut metode Babcock, kadar protein susu diukur mengunakan metode Lowry dan kadar padatan tanpa lemak (SNF) diukur dengan menggunakan laktometer menurut metode gravitasi spesifik sehingga diperoleh berat jenis. Dengan persamaan Fleischmann bahwa SNF adalah selisih antara kadar bahan kering susu dengan kadar lemaknya. Kadar bahan kering adalah 1,23 x kadar lemak + 2,71 x [{(100 x (berat jenis l))/berat jenis]. Data yang diperoleh dianalisis variansi menurut disain Latin Square 2x3x3 (Steel and Torrie (1980). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering, bahan organik dan serat kasar cenderung menurun dengan suplementasi bungkil kelapa pada pakan rumput raja, tetapi sebaliknya konsunisi protein meningkat (P<0,05) dengan bertambahnya proporsi bungkil kelapa pada pakan. Konsumsi bahan kering adalah 2,501, 2,403 dan 2,221 kg/100kg berat badan, bahan organik adalah 2,189, 2,135 dan 2,135kg/100kg berat badan, konsumsi protein adalah 0,317, 0,325 dan 0,341kg/100kg berat badan dan serat kasar adalah 0,668, 0,589 dan 0,503kg/100kg berat badan masing masing untuk pakan 100% rumput raja+O% bungkil kelapa, 75% rumput raja+25% bungkil kelapa, dan 50% rumput raja+50% bungkil kelapa. Suplementasi dedak halus pada pakan jerami kacang tanah, tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering dan bahan organik, tetapi konsumsi protein kasar dan serat kasar cenderung menurun dengan suplementasi dedak halus. Konsumsi bahan kering adalah 2,829, 2,752 dan 2,731 kg/100kg berat badan, dan bahan organik adalah 2,477, 2,422 dan 2,417kg/100kg berat badan, konsumsi protein kasar adalah 0,426, 0,411 dan 0,404kg/100kg berat badan dan konsumsi serat kasar adalah 0,712, 0,638 dan 0,570 kg/100kg berat badan masing masing untuk pakan 100% rumput raja+O% bungkil kelapa, 75% rumput raja+25% bungkil kelapa, dan 50% rumput raja+50% bungkil kelapa. Produksi susu sapi yang diberi pakan 50% basal dan 50% pakan penelitian 100% rumput raja+O% bungkil kelapa, 75% rumput raja+25% bungkil kelapa, dan 50% rumput raja+50% bungkil kelapa berturut turut adalah 4,050, 4,340 dan 3,751 liter perhari. Untuk kadar proteinnya berturut turut adalah 3,84, 3,96 dan 3,69%
|