OPTIMASI EFEK PREKLINIK FLAVONOID SEBAGAI HIPOTENSER ALAMI MELALUI PENDEKATAN STRUKTUR AKTIVITAS DAN PENINGKATAN KETERSEDIAAN HAYATI DENGAN PENAMBAHAN PIPERIN

Beberapa tanaman telah dilaporkan terbukti mampu menurunkan tekanan darah. bahkan ada yang sudah dilakukan uji klinis walaupun baru fase dua. Namun dernikian sampai saat ini belum ada tanaman obat Indonesia yang digunakan dalam pelayanan kesehatan formal untuk anti hipertensi karena pada sediaan dan...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: , Suwijiyo Pramono
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2001
Description
Summary:Beberapa tanaman telah dilaporkan terbukti mampu menurunkan tekanan darah. bahkan ada yang sudah dilakukan uji klinis walaupun baru fase dua. Namun dernikian sampai saat ini belum ada tanaman obat Indonesia yang digunakan dalam pelayanan kesehatan formal untuk anti hipertensi karena pada sediaan dan dosis tradisional memiliki efek yang lemah dan lambat. Hal ini membuat ragu para dokter untuk melakukan uji klinis, sehingga sampai saat ini perkembangan obat tradisional Indonesia seperti jalan di tempat. Perlu terobosan baru. Pada beberapa penelitian dilaporkan bahwa salah satu golongan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap aktivitas penurun tekanan darah adalah flavonoid yaitu seperti pada daun jambu mete, daun seledri, herba pegagan dan biji kecipir. Jika dilihat dari kerangka strukturnya, kandungan flavonoid keempat tanaman tersebut ticlak sama antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat hubungan antara struktur dan aktivitas penurun tekanan darah berbagai senyawa flavonoid dengan kerangka berbeda yang terdapat di alam. Guna memperoleh masingmasing senyawa flavonoid yang sampai saat ini belum dapat disintesis tersebut, tidak akan mengalami kesulitan karena masing masing terkandung pada tanaman dalam, jumlah atau kadar cukup tinggi sehingga memudahkan cara mengisolasinya. Ketersediaan dalam kadar tinggi tersebut juga memungkinkan untuk dijadikan sumber bahan baku yang relatif murah. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut penelitian tahun pertama ini bertujuan untuk mengisolasi tujuh senyawa flavonoid yaitu apiin dan apigenin dari daun seledri, rutin dan kuersetin dari daun ketela pohon, luteolin dari daun tempuyung, naringenin dari kulit buah jeruk, dan katekin dari pucuk daun teh. Selanjutnya penelitian tahun pertama ini juga bertujuan untuk memperoleh dosis optimal apigenin yang dapat menurunkan tekanan darah kucing intragastrik, sehingga dapat digunakan sebagai dosis tetap untuk flavonoid lainnya yang pada tahun kedua akan diteliti hubungan antara struktur dan aktivitasnya sebagai penurun tekanan darah. Isolasi flavonoid dari berbagai sumber tanaman terpilih dimulai dari ekstraksi menggunakan etanol 50% kecuali untuk rutin dari daun ketela pohon menggunakan air panas. Setelah penguapan etanol, ekstrak kental dalam air yang diperoleh digojog dengan eter untuk menghilangkan senyawa non polar seperti klorofil. Sari air yang tertinggal digojog dengan etil asetat untuk memperoleh glikosida apiin atau rutin. Guna memperoleh aglikon apigenin dan kuersetin, hidrolisis dilakukan untuk memecah ikatan glikosidik. Aglikon yang muncul diekstraksi dengan eter. Ekstraksi cair cair menggunakan dietil eter juga dilakukan untuk memperoleh aglikon luteolin, naringerin dan ketekin. Analisis struktur flavonoid dilakukan dengan membandingkan data KLT dan spektra UV/vis flavonoid hasil isolasi dengan flavonoid pembanding yang diperoleh dari Sigma. Uji penurunan tekanan darah dilakukan terhadap tekanan darah sistemik kucing teranestesi sebelum dan setelah mendapat perlakuan apigenin dosis 2 mg, 4 mg dan 8 mg/kg berat badan guna memperoleh dosis optimalnya. Sejumlah 9 ekor kucing dengan berat badan 2 3 kg dibagi menjadi 3 kelompok secara acak sama banyak. Sebelum diberi perlakuan kucing ditimbang, kemudian dianestesi dengan eter, ditelentangkan di atas meja. Anestesi dilanjutkan dengan alfa khloralose dalam larutan boraks 5 % (60 90 mg/kg bb) secara intravena melalui pembuluh balik salah satu kaki depan (vena mediana cubiti) dengan durasi minimal, selama 4 jam, kemudian dilakukan trakeotomi. Selanjutnya kanulatrakea dimasukkan ke dalam trakea untuk mengindari tersumbatnya saluran pernafasan oleh lendir. Jaringan disekitar arteria carotis communis disiangi. Setelah diberi heparin (150 unit/kg bb) kanula dimasukkan ke dalam arteria carotis communis yang sebelumnya telah diisi NaCl 0,9%. Kanul tersebut dihubungkan dengan manometer air raksa, sedangkan manometer air raksa dihubungkan pada kertas angus dengan pena. Tekanan darah sistemik direkam secara terus menerus pada kertas angus yang dipasang pada kimograf. Selanjutnya penurun tekanan darah sistemik dihitung dengan menghitung selisih antara tekanan darah sistemik sebelum dan setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari daun seledri dapat diisolasi apigenin 7 glukosida dan apigenin, dari daun ketela pohon diperoleh rutin atau kuersetin 3¬ rhamnoglukosida dan kuersetin, luteolin dari daun tempuyung, naringenin dari kulit buah jeruk, sedangkan dari pucuk daun muda teh diperoleh katekin. Jumlah masing masing isolat lebih besar dari 5 gram dengan kemurnian isolat mencapai lebih dari 95 % berdasarkan analisis KLT densitometri. Hasil uji tekanan darah menunjukkan. bahwa perlakuan apigenin dosis 2 mg, 4mg dan 8 mg/kg berat badan intragastrik berturut turut menurunkan tekanan darah sistemik kucing sebesar 5,4 %, 16,6 %, dan 19.8 %. Dosis 4 mg/kg berat badan ditetapkan sebagai dosis optimal untuk digunakan. dan diterapkan pada flavonoid lain guna. mengetahui hubungan struktur aktivitas pada tahun kedua.