Summary: | Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit jantung yang penyebabnya karena abnormalitas ateria koronaria, yang paling banyak adalah karena aterosklerosis. Manifestasi penyakit jantung koroner tidak dapat diprediksi. Sehingga mengetahui secara dini atau mengurangi faktor risiko kemungkinan terjadinya penyakit jantung akan sangat mengurangi angka morbiditas. Faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner meliputi faktor genetik dan faktor lingkungan. Apolipoprotein E (apo E) adalah protein plasma yang disintesis di hepar dan berbagai jaringan perifer. Apo E ini berfungsi sebagai ligan untuk reseptor LDL dan melalui interaksinya dengan reseptor tersebut, ikut serta dalam transport kolesterol, dan lipid lipid lain di antara sel tubuh. Bentuk mutan apo E yang gagal dalam pengikatannya pada reseptor LDL, dihubungkan dengan hiperlipoproteinemia tipe III familial, suatu gangguan genetik yang dikarakterisasi oleh peningkatan kadar kolesterol plasma dan mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner. Populasi yang berbeda, faktor genetik maupun faktor lingkungan mempengaruhi risiko terjadinya penyakit jantung koroner yang berlainan. Pada penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 102 orang yang terdiri dari 50 penderita penyakit kardiovaskuler dan 52 kontrol. Limapuluh penderita penyakit kardiovaskuler terdiri dari 28 laki laki dan 22 perempuan, sedang 52 kontrol terdiri dari 25 laki laki dan 27 perempuan. Hasil kimiawi darah antara pendenta PJK dan kontrol terdapat perbedaan bermakna pada kadar Hb dan hematokrit laki laki (p<0,1), sedang pada perempuan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,1). Sedang profil lipid pada penderita penyakit kardiovaskuler laki laki maupun perempuan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,1). Jika dibandingkan antara profil lipid antara penderita penyakit kardiovaskuler dan kontrol tidak terdapat perbedaan. bermakna (p>0,1). Jumlah sampel penderita yang mengalami abnormalitas profil lipid antara penderita penyakit kardiovaskuler lebih besar dan kontrol. Sampai sejauh ini sudah dilakukan amplifikasi DNA menggunakan PCR dari sampel penderita penyakit kardiovaskuler dan kontrol, kemudian dilanjutkan dengan restriksi menggunakan enzim HhaI. Nampak terdapat peningkatan frekuensi genotip 
|