TINGGI BADAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MASYARAKAT BALI ZAMAN PERUNGGU DAN TINGGI BADAN MANUSIA DARI MASA KE MASA

Tinggi badan adalah salah satu parameter pertumbuhan dan merupakan dimorfisme sexual biologis pada manusia. Penelitian tinggi badan manusia masa lampau dengan menggunakan rangka prehistoris sangat kurang, padahal data ini dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan untuk pembanding dengan masyarakat...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: , Etty Indriati
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2001
_version_ 1797031107196092416
author , Etty Indriati
author_facet , Etty Indriati
author_sort , Etty Indriati
collection UGM
description Tinggi badan adalah salah satu parameter pertumbuhan dan merupakan dimorfisme sexual biologis pada manusia. Penelitian tinggi badan manusia masa lampau dengan menggunakan rangka prehistoris sangat kurang, padahal data ini dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan untuk pembanding dengan masyarakat modern. Penelitian ini bertujuan mengetahui selisih tinggi badan pada laki laki dan perempuan rangka prehistoris Bali, dan selisih tinggi badan laki laki dan perempuan mahasiswa Universitas Negeri Yogykakarta kurun waktu 1980 1999. Dengan kata lain, untuk mengetahui derajat atau persentase dimorfisme sexual tinggi badan orang Indonesia. Tujuan lain adalah untuk mengetahui posisi tinggi badan kelompok masyarakat Indonesia dibanding dengan berbagai populasi lain di dunia melalui tinjauan pustaka. Tinggi badan ini secara umum dikelompokkan ke dalam pendek, sedang dan tinggi, atau chamaesome, mesosome dan hyposome (Olivier, 1969). Klasifikasi tinggi badan lebih detil oleh antropolog dibagi menjadi: kerdil, sangat pendek, pendek, submedium, medium, supra medium, tinggi, sangat tinggi dan raksasa. Bahan penelitian adalah 245 subjek hidup mahasiswa UNY dan 47 subjek rangka manusia dan dilakukan di Yogyakarta. Tinggi badan rangka prehistoris Bali ditentukan dengan rumus regresi Trotter dan Glesser (1958) untuk ras Mongolid. Tulang yang diukur adalah, tulang panjang (femur, tibia, humerus, radius, dan ulna) menggunakan osteometric board. Tinggi badan mahasiswa UNY diukur dengan antropometer, data diambil dari praktikan selama 19 tahun terakhir (1980 1999). Data selain tinggi badan yang dicatat adalah jenis kelamin dan umur. Hasil penelitian rangka prehistoris Bali ( 1000 A.D.) menunjukkan tinggi badan rata rata laki laki adalah 164,37 cm dan perempuan 157,27 cm. Pada masyarakat modern, hasil menunjukkan bahwa tinggi badan rata rata mahasiswa UNY praktikan tahun 1980-an dan 1990an meningkat 4 mm dari 165,0 ke 165,4 cm, sedangkan pada perempuan meningkat 9 mm dari 152,8 ke 153,7 cm. Dimorfisme sexual tinggi badan pada rangka prehistoris Bali lebih rendah (perbedaan tinggi badan laki laki dan perempuan hanya 7,10 cm atau 4,3%), sedangkan pada masyarakat modern mahasiswa UNY 12,2 cm atau 7,4%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perbedaan biologis tinggi badan laki laki dan perempuan kelompok masyarakat Indonesia (rangka prehistoris Bali dan mahasiswa UNY) sedang. Populasi lain di dunia dimorfisme sexual tinggi badannya adalah sekitar 7% untuk masyarakat Eropa dan Amerika, serta Asia, dan sekitar 4% pada masyarakat Afrika. Angka angka ini menunjukkan bahwa tinggi badan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dibanding iklim, latitud dan geografi. Pada mahasiswa UNY dari dekade 80an ke 90an, tinggi badan perempuan mengalami kenaikan rata rata lebih tinggi dari laki laki. Hal ini menunjukkan norma pertumbuhan yang positif Norma pertumbuhan positif ini menyiratkan bahwa mahasiswa terlahir ditahun 1980an lebih baik nutrisi dan keadaan sosial ekonominya dibanding mahasiswa terlahir di tahun 1970an. Kisaran tinggi badan rata rata masyarakat Indonesia adalah 160 170 cm pada laki laki dan 150 160 cm pada perempuan (pada masyarakat rural lebih rendah). Hal ini dalam kisaran masyarakat di Asia, dan 10 cm lebih rendah daripada masyarakat Eropa dan Amerika. Tinggi badan masyarakat Indonesia dalam klasifikasi antropolog termasuk sedang (mesosome), laki laki Indonesia supra medium dan perempuan Indonesia medium. Harapan penulis, penelitian penelitian pertumbuhan (seperti tinggi badan, berat badan) lebih banyak dilakukan di masa mendatang, yang berrnanfaat sebagai parameter keadaan nutrisi, sosial dan ekonomi pada masyarakat. Saran untuk penelitian mendatang adalah penelitian tinggi badan pada masa akil balig, untuk mengetahui pada usia berapa percepatan pertumbuhan pada perempuan dan laki laki terjadi.
first_indexed 2024-03-13T22:16:52Z
format Article
id oai:generic.eprints.org:92726
institution Universiti Gadjah Mada
last_indexed 2024-03-13T22:16:52Z
publishDate 2001
publisher [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
record_format dspace
spelling oai:generic.eprints.org:927262014-11-28T07:37:27Z https://repository.ugm.ac.id/92726/ TINGGI BADAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MASYARAKAT BALI ZAMAN PERUNGGU DAN TINGGI BADAN MANUSIA DARI MASA KE MASA , Etty Indriati Tinggi badan adalah salah satu parameter pertumbuhan dan merupakan dimorfisme sexual biologis pada manusia. Penelitian tinggi badan manusia masa lampau dengan menggunakan rangka prehistoris sangat kurang, padahal data ini dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan untuk pembanding dengan masyarakat modern. Penelitian ini bertujuan mengetahui selisih tinggi badan pada laki laki dan perempuan rangka prehistoris Bali, dan selisih tinggi badan laki laki dan perempuan mahasiswa Universitas Negeri Yogykakarta kurun waktu 1980 1999. Dengan kata lain, untuk mengetahui derajat atau persentase dimorfisme sexual tinggi badan orang Indonesia. Tujuan lain adalah untuk mengetahui posisi tinggi badan kelompok masyarakat Indonesia dibanding dengan berbagai populasi lain di dunia melalui tinjauan pustaka. Tinggi badan ini secara umum dikelompokkan ke dalam pendek, sedang dan tinggi, atau chamaesome, mesosome dan hyposome (Olivier, 1969). Klasifikasi tinggi badan lebih detil oleh antropolog dibagi menjadi: kerdil, sangat pendek, pendek, submedium, medium, supra medium, tinggi, sangat tinggi dan raksasa. Bahan penelitian adalah 245 subjek hidup mahasiswa UNY dan 47 subjek rangka manusia dan dilakukan di Yogyakarta. Tinggi badan rangka prehistoris Bali ditentukan dengan rumus regresi Trotter dan Glesser (1958) untuk ras Mongolid. Tulang yang diukur adalah, tulang panjang (femur, tibia, humerus, radius, dan ulna) menggunakan osteometric board. Tinggi badan mahasiswa UNY diukur dengan antropometer, data diambil dari praktikan selama 19 tahun terakhir (1980 1999). Data selain tinggi badan yang dicatat adalah jenis kelamin dan umur. Hasil penelitian rangka prehistoris Bali ( 1000 A.D.) menunjukkan tinggi badan rata rata laki laki adalah 164,37 cm dan perempuan 157,27 cm. Pada masyarakat modern, hasil menunjukkan bahwa tinggi badan rata rata mahasiswa UNY praktikan tahun 1980-an dan 1990an meningkat 4 mm dari 165,0 ke 165,4 cm, sedangkan pada perempuan meningkat 9 mm dari 152,8 ke 153,7 cm. Dimorfisme sexual tinggi badan pada rangka prehistoris Bali lebih rendah (perbedaan tinggi badan laki laki dan perempuan hanya 7,10 cm atau 4,3%), sedangkan pada masyarakat modern mahasiswa UNY 12,2 cm atau 7,4%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perbedaan biologis tinggi badan laki laki dan perempuan kelompok masyarakat Indonesia (rangka prehistoris Bali dan mahasiswa UNY) sedang. Populasi lain di dunia dimorfisme sexual tinggi badannya adalah sekitar 7% untuk masyarakat Eropa dan Amerika, serta Asia, dan sekitar 4% pada masyarakat Afrika. Angka angka ini menunjukkan bahwa tinggi badan lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dibanding iklim, latitud dan geografi. Pada mahasiswa UNY dari dekade 80an ke 90an, tinggi badan perempuan mengalami kenaikan rata rata lebih tinggi dari laki laki. Hal ini menunjukkan norma pertumbuhan yang positif Norma pertumbuhan positif ini menyiratkan bahwa mahasiswa terlahir ditahun 1980an lebih baik nutrisi dan keadaan sosial ekonominya dibanding mahasiswa terlahir di tahun 1970an. Kisaran tinggi badan rata rata masyarakat Indonesia adalah 160 170 cm pada laki laki dan 150 160 cm pada perempuan (pada masyarakat rural lebih rendah). Hal ini dalam kisaran masyarakat di Asia, dan 10 cm lebih rendah daripada masyarakat Eropa dan Amerika. Tinggi badan masyarakat Indonesia dalam klasifikasi antropolog termasuk sedang (mesosome), laki laki Indonesia supra medium dan perempuan Indonesia medium. Harapan penulis, penelitian penelitian pertumbuhan (seperti tinggi badan, berat badan) lebih banyak dilakukan di masa mendatang, yang berrnanfaat sebagai parameter keadaan nutrisi, sosial dan ekonomi pada masyarakat. Saran untuk penelitian mendatang adalah penelitian tinggi badan pada masa akil balig, untuk mengetahui pada usia berapa percepatan pertumbuhan pada perempuan dan laki laki terjadi. [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2001 Article NonPeerReviewed , Etty Indriati (2001) TINGGI BADAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MASYARAKAT BALI ZAMAN PERUNGGU DAN TINGGI BADAN MANUSIA DARI MASA KE MASA. text. http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=479
spellingShingle , Etty Indriati
TINGGI BADAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MASYARAKAT BALI ZAMAN PERUNGGU DAN TINGGI BADAN MANUSIA DARI MASA KE MASA
title TINGGI BADAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MASYARAKAT BALI ZAMAN PERUNGGU DAN TINGGI BADAN MANUSIA DARI MASA KE MASA
title_full TINGGI BADAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MASYARAKAT BALI ZAMAN PERUNGGU DAN TINGGI BADAN MANUSIA DARI MASA KE MASA
title_fullStr TINGGI BADAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MASYARAKAT BALI ZAMAN PERUNGGU DAN TINGGI BADAN MANUSIA DARI MASA KE MASA
title_full_unstemmed TINGGI BADAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MASYARAKAT BALI ZAMAN PERUNGGU DAN TINGGI BADAN MANUSIA DARI MASA KE MASA
title_short TINGGI BADAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MASYARAKAT BALI ZAMAN PERUNGGU DAN TINGGI BADAN MANUSIA DARI MASA KE MASA
title_sort tinggi badan laki laki dan perempuan masyarakat bali zaman perunggu dan tinggi badan manusia dari masa ke masa
work_keys_str_mv AT ettyindriati tinggibadanlakilakidanperempuanmasyarakatbalizamanperunggudantinggibadanmanusiadarimasakemasa