PERILAKU PELAT GABUNGAN ANTARA BETON LAMA DENGAN BETON BARU AKIBAT BEBAN STATIK DAN FATIGUE

Pelat beton komposit gabungan antara pelat precast dan beton east in-situ telah banyak digunakan dalam praktek, baik untuk lantai gedung maupun lantai kendaraan pada jembatan jalan raya. Konsep pereneanaan, dan metode pelaksanaan yang terkait secara umum telah dipahami oleh pereneana dan praktisi. D...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: , Andreas Triwiyono, Iman Satyarno, dan Ali Awaludin
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2003
_version_ 1826044252931489792
author , Andreas Triwiyono, Iman Satyarno, dan Ali Awaludin
author_facet , Andreas Triwiyono, Iman Satyarno, dan Ali Awaludin
author_sort , Andreas Triwiyono, Iman Satyarno, dan Ali Awaludin
collection UGM
description Pelat beton komposit gabungan antara pelat precast dan beton east in-situ telah banyak digunakan dalam praktek, baik untuk lantai gedung maupun lantai kendaraan pada jembatan jalan raya. Konsep pereneanaan, dan metode pelaksanaan yang terkait secara umum telah dipahami oleh pereneana dan praktisi. Dalam perencanaan, gabungan antara dua bagian ini dapat dianggap berupa pelat komposit. Dalam pelaksanaan pelat precast juga dimanfaatkan sebagai bekisting, dan tidak perlu dilepas. Setelah beton in-situ mengeras, kedua bagian ini telah menjadi satu kesatuan, sehingga dinamakan pelat lantai komposit. Namun dalam kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa setelah pelat komposit ini menerima beban berulang dengan jumlah ulangan tertentu, terjadi pemisahan diantara keduanya, sehingga asumsi bahwa keduanya menjadi satu kesatuan sangat diragukan. Akibatnya dalam praktek banyak terjadi kerusakan-kerusakan, terutama pada lantai jembatan) yang menyebabkan masa layan struktur pelat ini tidak seperti yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban siklik terhadap penurunan kuat lentur saat retak pertama, kuat lentur ultimit, pola retak dan pola keruntuhan pelat komposit yang terbuat dari gabungan antara pelat beton precast dengan beton in-situ, yang digunakan untuk pelat lantai kendaraan jembatan jalan raya maupun pelat lantai gedung. Pengujian dilakukan terhadap 2 seri pelat komposit yang terbuat dari pelat beton precast dan in situ. Seri pertama berupa pelat komposit untuk gedung, dengan tebal pelat beton precast dan in situ masing-masing 8 cm, sehingga tebal totalnya 16 cm, dengan panjang 1,65 m dan lebar 1,0 m. Jumlah benda uji seri pertama ini adalah 10 buah. Dua buah benda uji, yaitu PKG1 dan PKG2 dibuat secara monolit sebagai pembanding, sedangkan lainnya (PKG3-PKG8) terbuat dari pelat komposit. Semua benda uji digunakan penulangan yang sama. Untuk pelat precast digunakan tulangan utama arah memanjang D13-150 dan tulangan susut P10-200. Sedangkan untuk pelat in-situ yang terletak di atasnya digunakan tulangan utama arah memanjang P10-180 dan tulangan susut arah melintang P10-200. Pelat komposit tersebut diletakkan secara sederhana arah memanjang pelat pada kedua ujungnya dan dibebani 2 buah beban terpusat (four point load) secara siklik (berulang). Beban minimum (0,3 ton) dan maksimum (8 ton) dari beban siklik ini memodelkan beban hidup yang dipikul oleh pelat lantai. Jumlah siklus beban yakni 1 siklus (beban statik sampai runtuh) dan 10.000 siklus, 100.000 siklus serta 1.000.000 siklus. Masing-masing pengujian digunakan 2 buah benda uji. Seri kedua sebanyak 5 buah berupa pelat komposit untuk pelat lantai kendaraan jembatan jalan raya. Pelat komposit ini dibuat dari pelat precast poduksi industri beton pracetak (PT. Wijaya Karya) dengan tebal 7 cm, panjang 1,65 m dan lebar 1,0 m. Kemudian dicor di atasnya dengan beton in-situ tebal 20 cm, sehingga tebal total menjadi 27 cm. Pengujian dilakukan dengan cara yang sama pada pelat komposit lantai gedung yang telah diuraikan di atas. Beban siklis memodelkan beban kendaraan yang lewat pada jembatan (0,2 - 4 ton). Jumlah siklus beban 1 siklus (beban statik sampai runtuh) , 10.000 siklus, 100.000 siklus dan 1.000.000 siklus. Masing-masing jumlah siklus duji satu buah benda uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum dibandingkan dengan pelat yang dicor secara monolit, pelat komposit mempunyai pola keruntuhan lebih getas. Selain itu akibat pembebanan siklik benda uji mengalami penurunan, baik beban saat terjadinya retak pertama maupun beban saat dicarai beban maksimum (beban ultimit). Penurunan beban saat terjadi retak pertama untuk benda uji setelah pembebanan sebanyak 104, 105, dan 106 siklus berturut-turut adalah 47,9, 34,5 , dan 26,1% (untuk pelat komposit lantai gedung) dan 0, 19,1 dan 25,4% (untuk pelat komposit lantai jembatan). Pada pembebanan siklik juga menyebabkan penurunan kuat lentur ultimit sebesar masing-masing 12,6, 14,7 dan 9,5% (untuk pelat komposit lantai gedung) dan 3,0, 5, dan 8,9% (untuk pelat komposit lantai jembatan). Beban siklik juga menyebabkan retak horizontal pada bidang kontak antara beton precast dan in-situ lebih dini dibandingkan dengan tanpa pembebanan siklik. Semakin banyak jumlah beban siklik semakin rendah beban saat terjadinya retak pada bidang kontak kedua pelat tersebut. Dari hasil penelitian ini disarankan agar dalam perencanaan pelat lantai komposite perlu diperhitungkan adanya pengurangan kekuatan lentur karena menerima beban siklik. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan menggunakan benda uji yang lebih sesuai dengan kenyataan di lapangan. Mengingat pelat komposit yang menerima beban siklik lebih banyak digunakan pada pelat lantai kendaraan pada jembatan dibandingkan pada pelat lantai gedung, maka penelitian perlu difokuskan pada pelat lantai jembatan. Beban yang digunakan juga perlu memodelkan beban yang sesungguhnya yaitu berupa beban roda kendaraan.
first_indexed 2024-03-13T22:17:16Z
format Article
id oai:generic.eprints.org:92856
institution Universiti Gadjah Mada
last_indexed 2024-03-13T22:17:16Z
publishDate 2003
publisher [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
record_format dspace
spelling oai:generic.eprints.org:928562014-11-28T07:36:48Z https://repository.ugm.ac.id/92856/ PERILAKU PELAT GABUNGAN ANTARA BETON LAMA DENGAN BETON BARU AKIBAT BEBAN STATIK DAN FATIGUE , Andreas Triwiyono, Iman Satyarno, dan Ali Awaludin Pelat beton komposit gabungan antara pelat precast dan beton east in-situ telah banyak digunakan dalam praktek, baik untuk lantai gedung maupun lantai kendaraan pada jembatan jalan raya. Konsep pereneanaan, dan metode pelaksanaan yang terkait secara umum telah dipahami oleh pereneana dan praktisi. Dalam perencanaan, gabungan antara dua bagian ini dapat dianggap berupa pelat komposit. Dalam pelaksanaan pelat precast juga dimanfaatkan sebagai bekisting, dan tidak perlu dilepas. Setelah beton in-situ mengeras, kedua bagian ini telah menjadi satu kesatuan, sehingga dinamakan pelat lantai komposit. Namun dalam kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa setelah pelat komposit ini menerima beban berulang dengan jumlah ulangan tertentu, terjadi pemisahan diantara keduanya, sehingga asumsi bahwa keduanya menjadi satu kesatuan sangat diragukan. Akibatnya dalam praktek banyak terjadi kerusakan-kerusakan, terutama pada lantai jembatan) yang menyebabkan masa layan struktur pelat ini tidak seperti yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban siklik terhadap penurunan kuat lentur saat retak pertama, kuat lentur ultimit, pola retak dan pola keruntuhan pelat komposit yang terbuat dari gabungan antara pelat beton precast dengan beton in-situ, yang digunakan untuk pelat lantai kendaraan jembatan jalan raya maupun pelat lantai gedung. Pengujian dilakukan terhadap 2 seri pelat komposit yang terbuat dari pelat beton precast dan in situ. Seri pertama berupa pelat komposit untuk gedung, dengan tebal pelat beton precast dan in situ masing-masing 8 cm, sehingga tebal totalnya 16 cm, dengan panjang 1,65 m dan lebar 1,0 m. Jumlah benda uji seri pertama ini adalah 10 buah. Dua buah benda uji, yaitu PKG1 dan PKG2 dibuat secara monolit sebagai pembanding, sedangkan lainnya (PKG3-PKG8) terbuat dari pelat komposit. Semua benda uji digunakan penulangan yang sama. Untuk pelat precast digunakan tulangan utama arah memanjang D13-150 dan tulangan susut P10-200. Sedangkan untuk pelat in-situ yang terletak di atasnya digunakan tulangan utama arah memanjang P10-180 dan tulangan susut arah melintang P10-200. Pelat komposit tersebut diletakkan secara sederhana arah memanjang pelat pada kedua ujungnya dan dibebani 2 buah beban terpusat (four point load) secara siklik (berulang). Beban minimum (0,3 ton) dan maksimum (8 ton) dari beban siklik ini memodelkan beban hidup yang dipikul oleh pelat lantai. Jumlah siklus beban yakni 1 siklus (beban statik sampai runtuh) dan 10.000 siklus, 100.000 siklus serta 1.000.000 siklus. Masing-masing pengujian digunakan 2 buah benda uji. Seri kedua sebanyak 5 buah berupa pelat komposit untuk pelat lantai kendaraan jembatan jalan raya. Pelat komposit ini dibuat dari pelat precast poduksi industri beton pracetak (PT. Wijaya Karya) dengan tebal 7 cm, panjang 1,65 m dan lebar 1,0 m. Kemudian dicor di atasnya dengan beton in-situ tebal 20 cm, sehingga tebal total menjadi 27 cm. Pengujian dilakukan dengan cara yang sama pada pelat komposit lantai gedung yang telah diuraikan di atas. Beban siklis memodelkan beban kendaraan yang lewat pada jembatan (0,2 - 4 ton). Jumlah siklus beban 1 siklus (beban statik sampai runtuh) , 10.000 siklus, 100.000 siklus dan 1.000.000 siklus. Masing-masing jumlah siklus duji satu buah benda uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum dibandingkan dengan pelat yang dicor secara monolit, pelat komposit mempunyai pola keruntuhan lebih getas. Selain itu akibat pembebanan siklik benda uji mengalami penurunan, baik beban saat terjadinya retak pertama maupun beban saat dicarai beban maksimum (beban ultimit). Penurunan beban saat terjadi retak pertama untuk benda uji setelah pembebanan sebanyak 104, 105, dan 106 siklus berturut-turut adalah 47,9, 34,5 , dan 26,1% (untuk pelat komposit lantai gedung) dan 0, 19,1 dan 25,4% (untuk pelat komposit lantai jembatan). Pada pembebanan siklik juga menyebabkan penurunan kuat lentur ultimit sebesar masing-masing 12,6, 14,7 dan 9,5% (untuk pelat komposit lantai gedung) dan 3,0, 5, dan 8,9% (untuk pelat komposit lantai jembatan). Beban siklik juga menyebabkan retak horizontal pada bidang kontak antara beton precast dan in-situ lebih dini dibandingkan dengan tanpa pembebanan siklik. Semakin banyak jumlah beban siklik semakin rendah beban saat terjadinya retak pada bidang kontak kedua pelat tersebut. Dari hasil penelitian ini disarankan agar dalam perencanaan pelat lantai komposite perlu diperhitungkan adanya pengurangan kekuatan lentur karena menerima beban siklik. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan menggunakan benda uji yang lebih sesuai dengan kenyataan di lapangan. Mengingat pelat komposit yang menerima beban siklik lebih banyak digunakan pada pelat lantai kendaraan pada jembatan dibandingkan pada pelat lantai gedung, maka penelitian perlu difokuskan pada pelat lantai jembatan. Beban yang digunakan juga perlu memodelkan beban yang sesungguhnya yaitu berupa beban roda kendaraan. [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2003 Article NonPeerReviewed , Andreas Triwiyono, Iman Satyarno, dan Ali Awaludin (2003) PERILAKU PELAT GABUNGAN ANTARA BETON LAMA DENGAN BETON BARU AKIBAT BEBAN STATIK DAN FATIGUE. text. http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=612
spellingShingle , Andreas Triwiyono, Iman Satyarno, dan Ali Awaludin
PERILAKU PELAT GABUNGAN ANTARA BETON LAMA DENGAN BETON BARU AKIBAT BEBAN STATIK DAN FATIGUE
title PERILAKU PELAT GABUNGAN ANTARA BETON LAMA DENGAN BETON BARU AKIBAT BEBAN STATIK DAN FATIGUE
title_full PERILAKU PELAT GABUNGAN ANTARA BETON LAMA DENGAN BETON BARU AKIBAT BEBAN STATIK DAN FATIGUE
title_fullStr PERILAKU PELAT GABUNGAN ANTARA BETON LAMA DENGAN BETON BARU AKIBAT BEBAN STATIK DAN FATIGUE
title_full_unstemmed PERILAKU PELAT GABUNGAN ANTARA BETON LAMA DENGAN BETON BARU AKIBAT BEBAN STATIK DAN FATIGUE
title_short PERILAKU PELAT GABUNGAN ANTARA BETON LAMA DENGAN BETON BARU AKIBAT BEBAN STATIK DAN FATIGUE
title_sort perilaku pelat gabungan antara beton lama dengan beton baru akibat beban statik dan fatigue
work_keys_str_mv AT andreastriwiyonoimansatyarnodanaliawaludin perilakupelatgabunganantarabetonlamadenganbetonbaruakibatbebanstatikdanfatigue