PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI HUTAN KONSERVASI MAWAS KALIMANTAN TENGAH)

<p>Peristiwa kebakaran hutan di Indonesia hampir terjadi setiap tahun, dalam skala luas telah terjadi sejak tahun 1982/1983 yang telah memusnahkan 2,4-3,6 juta ha hutan di Kalimantan Timur. Sejak itu kebakaran hutan terjadi terus terutama pada interval waktu tahun 1987-2006. Peristiwa kebakara...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: , Acep Akbar
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Pascasarjana Universitas Gadjah Mada 2012
Description
Summary:<p>Peristiwa kebakaran hutan di Indonesia hampir terjadi setiap tahun, dalam skala luas telah terjadi sejak tahun 1982/1983 yang telah memusnahkan 2,4-3,6 juta ha hutan di Kalimantan Timur. Sejak itu kebakaran hutan terjadi terus terutama pada interval waktu tahun 1987-2006. Peristiwa kebakaran 95% selalu dipicu oleh adanya pembakaran awal dari aktivitas masyarakat yang lalai. Hingga kini pengelola belum mampu menurunkan kejadian kebakaran khususnya pada hutan rawa gambut karena informasi penyebab dan potensi kapabilitas yang ada di masyarakat belum lengkap. Penelitian ini bertujuan mempelajari kemungkinan diterapkannya pencegahan kebakaran berbasis masyarakat (PKBM) melalui identifikasi faktor-faktor pendukung sosial penerapan pencegahan kebakaran berbasis masyarakat di hutan rawa gambut dan penyebab tidak efektifnya aktivitas pencegahan aktual. <br /> Penelitian dilakukan dari Oktober 2009 hingga April 2010 di hutan konservasi Mawas Kalimantan Tengah. Metode survey dilakukan guna memperoleh data kearifan lokal, peluang kolaborasi antara pelaksana pencegahan dengan masyarakat, dan proses komunikasi pencegahan kebakaran. Parameter yang diamati meliputi pernyataan para tokoh adat, masyarakat dan pelaksana pencegahan tentang kearifan tradisional pencegahan kebakaran, respon masyarakat terhadap inovasi pencegahan yang ditawarkan, dan indikator kualitatif dari k esenjangan komunikasi. Lima desa dipilih sebagai sampel dan 48 responden dipilih setiap desa. <br /> Hasil-hasil menunjukkan bahwa masyarakat sekitar hutan ternyata memiliki keterampilan dan kearifan lokal tentang pencegahan, pra-pemadaman, dan pemadaman awal kebakaran..Mereka mempercayai bahwa penggunaan api secara terkendali bermanfaat bagi pertaniannya tanpa memberi gangguan yang berarti pada hutan di sekitarnya. Perilaku kebersamaan dalam menggunakan api untuk persiapan lahan telah berkembang secara alami. Kemampuan pencegahan ditunjukkan oleh adanya kearifan/pengetahuan tentang penyebab kerawanan hutan terhadap kebakaran, penyebab api liar, sumber api rutin di lahan, tandatanda kemarau, dan adanya sangsi Jipen (denda) bagi pelanggar pembakaran. Kemampuan pra-pemadaman ditunjukkan oleh adanya sistem kebersamaan membakar terkendali dan aktivitas menghadapi musim kemarau. Keterampilan pemadaman awal kebakaran ditunjukkan oleh adanya cara-cara memadamkan api kecil dan pembakaran terkendali. Potensi kolaborasi vertikal ditemukan dengan bahan sikap menerima masyarakat terhadap pendidikan lingkungan dan kebakaran hutan terutama melalui pelatihan penanggulangan kebakaran. Selama ini, aktivitas pemerintah dalam pencegahan kebakaran dilakukan melalui kerjasama beberapa lembaga formal di tingkat Provinsi dan Kabupaten yaitu Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan atau Manggala Agni yang ada pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang sebelumnya bernama Satuan Koordinasi penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi. Sayangnya, pencegahan kebakaran selama ini tidak efektif disebabkan oleh kesenjangan komunikasi antara pelaksana lapangan dengan masyarakat sekitar hutan akibat aktivitas pencegahan yang searah dan tidak sampai kepada aktor pengguna api. Atas dasar pendukung sosial yang ada PKBM berpotensi besar diterapkan di hutan rawa gambut Kalimantan Tengah. Memfungsikan keberadaan Regu pengendali kebakaran di desa sebagai media kolaborasi disarankan.</p>