Strategi rehabilitasi hutan hujan tropis: propagasi shorea leprosula unggul untuk peningkatan serapan CO&#8322

Shorea leprosula merupakan salah satu jenis tanaman indigenous Kalimantan yang mempunyai nilai komersial yang tinggi. Upaya pemanfaatan jenis tanaman ini untuk meningkatkan produktivitas dan penyelamatan hutan hujan tropis telah dilakukan, di antaranya dengan pembangunan uji keturunan S. leprosula d...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Indrioko, Sapto, Suyono, Eko Agus, Widiyatno, Widiyatno
Format: Other
Language:English
Published: [Yogyakarta] : LPPM Universitas Gadjah Mada 2010
Subjects:
Online Access:https://repository.ugm.ac.id/96194/1/Strategi%20rehabilitasi%20hutan%20hujan%20tropis%20propagasi%20shorea%20leprosula%20unggul%20untuk%20peningkatan%20serapan%20CO%E2%82%82.pdf
Description
Summary:Shorea leprosula merupakan salah satu jenis tanaman indigenous Kalimantan yang mempunyai nilai komersial yang tinggi. Upaya pemanfaatan jenis tanaman ini untuk meningkatkan produktivitas dan penyelamatan hutan hujan tropis telah dilakukan, di antaranya dengan pembangunan uji keturunan S. leprosula di Kalimantan Tengah dengan menggunakan materi genetik yang berasal dari pohon-pohon plus. Hasil evaluasi awal dari uji tersebut sudah menunjukkan bahwa beberapa famili memiliki pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan yang lain, yaitu riap DSH sebesar4-5 cm/tahun. Untuk itu penelitian mengenai teknik propagasi ini perlu dilaksanakan agar dapat menghasilkan materi bibit bergenetik unggul secara massal dalam kegiatan rehabilitasi hutan hujan tropis dengan kaitannya sebagai penyerap C0₂. Penelitian ini bertujuan untuk memperbanyak tanaman S. leprosula hasil pemuliaan yang mempunyai ciri ciri unggul, yaitu mempunyai pertumbuhan yang terbukti lebih cepat melalui propagasi vegetatif melalui dua pendekatan baik propagasi mikro (dengan kultur jaringan) maupun makro (dengan stek pucuk). Dalam penelitian ini akan dilakukan pengambilan pucuk dari tanaman S. leprosula terseleksi dari tanaman uji keturunan umur 4 tahun di lapangan. Untuk itu perlu dikembangkan teknik untuk merejuvenasi jaringan dari tanaman dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk propagasi makro, pengambilan materi untuk stek pucuk dari pohon induk dengan DSH 15 cm (umur 3,5 tahun) yang paling bagus adalah nodus ketiga dan ke empat dari pucuk daun (batang relatif sudah berkayu). Dosis ISA yang diberikan untuk pengakaran stek pucuk adalah 100 ppm dengan menggunakan serbuk gergaji yang telah disterilkan. Persen keberhasHan pengakaran adalah 30-40% yang diamati setelah 2,5-3 bulan pengakaran. Untuk propagasi mikro langkah awal yang perlu diatasi adalah kontaminasi. Dalam hal ini eliminasi bakteri (dengan Rifampicin 25mg/ml) dan jamur (dengan Oiphenokonazol 0,25mg/l) dalam medium kultur berhasil dilakukan. Eksplan memberi respon pertumbuhan dalam medium MS berupa pembentukan kalus di daerah perlukaan. Kalus terbentuk sangat lambat akibat pencoklatan (browning). Sampai dengan waktu 2 bulan pengamatan belum menunjukkan respon yang berbeda terhadap pemberian Zat pengatur Tumbuh NAA dan BA pada konsentrasi 0; 0.5; 1; 1.5; 2 mg/L. Hasil propagasi secara makro dan mikro ini selanjutnya akan dikembangkan menjadi kebun pangkas untuk keperluan pengembangbiakan secara massal dan murah untuk kegiatan rehabilitasi hutan hujan tropis Indonesia.