Summary: | Asam lemak omega 3 adalah asam lemak esensial yang sangat berguna bagi tubuh manusia. Mengingat sumber utama asam lemak omega 3 adalah ikan dan produk ikan yang di beberapa daerah tingkat konsumsinya relatif rendah, maka perlu dilakukan usaha untuk memasukkan asam lemak omega 3 ke dalam bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat secara luas. Salah satunya adalah dengan menghasilkan telur yang kaya akan asam lemak esensial terutama asam lemak omega 3 dengan kandungan kholesterol yang rendah. Telur merupakan sumber protein yang penting, namun. urnumnya kandungan asam lemak omega¬3 dalam telur sangat rendah. Akan tetapi, kandungan lemak pada kuning telur dapat diubah dengan mengubah susunan ransum. Minyak ikan, seperti minyak ikan lemuru, adalah limbah yang tersedia melimpah pada industri pengolahan ikan. Hingga sekarang, minyak ikan lemuru belum banyak digunakan secara komersial dan limbah minyak ikan ini dapat menimbulkan masalah lingkungan. Pada penelitian terdahulu dilaporkan bahwa ayam petelur yang diberi pakan yang mengandung minyak ikan lemuru dapat meningkatkan. kandungan asam lemak omega 3 di dalam telur. Penelitian lain juga menyatakan bahwa minyak ikan lemuru berpotensi sebagai sumber asam lemak omega 3. Oleh karena itu, penting kiranya dilakukan suatu penelitian tentang transfer asam lemak omega 3 yang berasal dari minyak ikan lemuru ke dalam telur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum berbagai jenis unggas (itik dan puyuh) terhadap kinerja (produksi dan kualitas telur) dan kandungan asam lemak omega 3 telur, serta pengaruh proses pengolahan dan pengawetan telur yang mengandung asam lemak omega 3 terhadap perubahan komposisi kimia telur, terutama komposisi asam lemak omega 3. Penelitian yang dilakukan dalam dua tahun ini menggunakan dua spesies ternak (itik dan puyuh). Penelitian pada tahun pertama ditujukan untuk mengetahui transfer asam lemak omega 3 yang berasal dari minyak ikan lemuru terhadap kinerja unggas (Feed Intake/FI, Hen Day Average/HDA, dan Feed Consumption Ratio/FCR), serta kualitas dan kandungan asam lemak omega 3 telur itik dan puyuh. Dengan menggunakan rancangan acak lengkap, 90 ekor itik Turi ditempatkan pada 30 unit kandang dan masing masing unit terdiri dari tiga ekor. Setiap lima unit kandang yang masing masing sebagai ulangan digunakan untuk satu, perlakuan ransum. Ransum itik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari R 0 (mengandung 0% minyak lemuru dan 0% minyak sawit), R 1 (0% minyak lemuru dan 10,0% minyak sawit), R 2 (4,0% minyak lemuru dan 6,0% minyak sawit), R 3 (5,0% minyak lemuru dan 5,0% minyak sawit), R 4 (6,0% minyak lemuru dan 4,0% minyak sawit), dan R 5 (10,0% minyak lemuru dan 0% minyak sawit). Penelitian tahun kedua direncanakan akan meneliti tentang pengaruh proses pengolahan dan pengawetan telur (perebusan, pengasinan, pengeringan/tepung telur, pembekuan, dan proses pickle) yang mengandung asam lemak omega 3 terhadap perubahan komposisi kimia telur, terutama komposisi asam lemak omega 3 dan kandungan kholesterol telur. Dengan menggunakan rancangan acak lengkap, 96 ekor puyuh petelur ditempatkan pada 24 unit kandang dan masing masing unit terdiri dari empat ekor. Setiap empat unit kandang yang masing masing sebagai ulangan untuk satu perlakuan ransum. Ransum puyuh yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari R 0 (mengandung 0% minyak lemuru dan 0% minyak sawit), R 1 (0% minyak lemuru dan 8,0% minyak sawit), R 2 (2,0% minyak lemuru dan 6,0% minyak sawit), R 3 (4,0% minyak lemuru dan 4,0% minyak sawit), R 4 (6,0% minyak lemuru dan 2,0% minyak sawit), dan R 5 (8,0% minyak lemuru dan 0% minyak sawit). Variabel yang diamati meliputi: kinerja itik dan puyuh petelur yang meliputi konsumsi pakan, konsumsi energi, konsumsi protein, produksi telur, berat telur dan konversi pakan. Tes sensorik terhadap telur rebus meliputi: tekstur, flavor/cita rasa, dan bau telur. Sedangkan untuk analisis kimia yang dilakukan adalah: analisis asam lemak telur, asam lemak ransum perlakuan, dan kolesterol telur. Pengukuran kualitas telur meliputi warna dan berat kuning telur, berat dan tebal kerabang, serta pengukuran nilai haugh unit (HU) telur. Data yang diperoleh dianalisis varian serta dilanjutkan dengan uji wilayah berganda dari Duncan dengan menggunakan program komputer SPSS for windows release 7 (1993). Data hasil penelitian diperoleh bahwa untuk ternak itik, dengan penambahan minyak ikan lemuru mempunyai efek positif (P<0,05) terhadap kinerja itik, baik pada konsumsi pakan, konsumsi energi bruto dan protein maupun pada produksi telur (HDA) dan konversi pakan (FCR). Sedangkan untuk kualitas telur pemberian minyak lemuru sampai kadar 10% secara umum dapat meningkatan (P<0,05) berat telur dan kuning telur (yolk), tetapi cenderung menurunkan nilai haugh unit (HU) dan tingkat kekuningan yolk, serta memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) pada indeks telur, tebal kerabang serta berat kerabang. Penggunaan minyak ikan lemuru juga meningkatkan asam lemak omega 3 telur dan menurunkan kadar kolesterol telur itik. Secara umun pada uji sensoris untuk telur rebus, responden dapat menerima telur produk perlakuan hasil penelitian untuk sernua variabel organoleptik yang diukur. Untuk ternak puyuh, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan minyak lemuru dan minyak sawit dalam ransum burung puyuh sangat berpengaruh terhadap jumlah ransum yang dikonsumsi (P<0,05) tetapi tidak berpengaruh terhadap produksi telur dan konversi pakan (P>0,05) walaupun secara rerata terdapat kenaikan produksi telur dan penurunan konversi pakan. Sedangkan untuk kualitas telur pemberian minyak lemuru sampai kadar 8,0% secara umum memberikan pengaruh yang nyata. (P<0,05) terhadap berat yolk, warna. yolk, dan berat kerabang, tetapi tidak berpengaruh nyata. (P>0,05) terhadap berat telur, indeks telur, haugh unit (HU), dan tebal kerabang. Penambahan minyak ikan lemuru dalam ransum tidak menunjukkan suatu perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kandungan lemak kasar telur, tetapi secara umum terjadi peningkatan asam lemak omega 3 dan penurunan kadar kolesterol telur puyuh (P<0,05). Peningkatan penggunaan minyak lemuru dalam ransum menghasilkan aroma yang tajam tetapi flavor yang dihasilkan menunjukkan cita rasa yang cukup enak, sehingga dengan penambahan minyak lemuru sampai level 8,0% rasa yang dihasilkan masih disukai oleh konsumen dan tekstur yang dihasil cukup baik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum itik dan puyuh petelur dapat meningkatkan kandungan asam lemak omega 3 telur, dan tidak mempengaruhi kinerja, kualitas telur serta cita rasa telur yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen.
|