PERAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM SUSU KUDA SEBAGAI IMUNOMODULATOR

Susu kuda sebenamya mempunyai nilai gizi yang mendekati air susu ibu (ASI), namun pada umumnya masyarakat di Indonesia belum mengetahuinya. Belum lama ini di beberapa kota di Indonesia beredar susu kuda, yang kualitas dan keamanannya belum jelas informasinya termasuk kaitannya dengan sistem imun tub...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: , Nurliyani, Wayan Tunas Artama, dan Zuheid Noor
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2003
_version_ 1826044244755742720
author , Nurliyani, Wayan Tunas Artama, dan Zuheid Noor
author_facet , Nurliyani, Wayan Tunas Artama, dan Zuheid Noor
author_sort , Nurliyani, Wayan Tunas Artama, dan Zuheid Noor
collection UGM
description Susu kuda sebenamya mempunyai nilai gizi yang mendekati air susu ibu (ASI), namun pada umumnya masyarakat di Indonesia belum mengetahuinya. Belum lama ini di beberapa kota di Indonesia beredar susu kuda, yang kualitas dan keamanannya belum jelas informasinya termasuk kaitannya dengan sistem imun tubuh. Sebagian masyarakat mengkonsumsi susu kuda dalam keadaan mentah (belum diolah), dengan keyakinan lebih berkhasiat bagi kesehatan daripada susu yang telah diolah. Sistem pertahanan tubuh banyak terkait dengan komponen bioaktif yang terkandung dalam susu, antara lain protein yang dapat berperan sebagai imunomodulator. Berbagai macam protein susu mempunyai sifat kimia dan fisik yang berbeda-beda yang akan menentukan sifat bioaktifnya, termasuk peran imunomodulatornya. Tujuan penelitian tahun kedua ini untuk identifikasi dan karakterisasi protein dari susu kuda pasteurisasi dan fermentasi sebagai imunomodulator dalam respon imun humoral dan seluler. Penelitian ini menggunakan susu kuda lokal dari Bantul Yogyakarta. Susu kuda pasteurisasi dan fermentasi disentrifugasi untuk menghilangkan lemaknya, kemudian dipresipitasi proteinnya dengan amonium sulfat jenuh, didialisis semalam dan diftaksinasi dengan kolom Sephadex G-75. Profil dan konsentrasi protein susu kuda hasil fraksinasi tersebut dilihat pada Spetrofotometer A.280 nm. Karakterisasi protein hasil fraksinasi dilihat pada SDS-P AGE (Sodium dodecyisulfate polyacrylamide gel electrophoresis). Mencit betina Balb/c umur 6-8 minggu dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Berturut-turut mencit perlakuan kontrol, perlakuan protein utuh dari susu kuda pasteurisasi, protein susu kuda pasteurisasi fraksi 1, protein susu kuda pasteurisasi fraksi 2, dan protein utuh susu kuda fermentasi. Konsentrasi pemberian protein susu kuda sebanyak 1 mg/ekor/hari sampai hari ke 28 dan diberikan secara oral. Serum darah mencit diarnbil pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 untuk dianalisis IgG dan IgA nya dengan metode ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). Limfosit dari limpa dan makrofag peritoneal diambil pada hari ke 14 dan ke 28 untuk dikultur. Pengujian proliferasi pada limfosit yang dikultur menggunakan metode MTT (Methylthiazoletetrazolium) dan dibaca OD (optical dencity)-nya pada ELISA reader dan dihitung indeks stimulasinya. Kemampuan fagositosis makrofag peritoneal dilakukan dengan menghitung persentase sel makrofag yang memfagositosis partikel lateks per 100 sel makrofag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksinasi protein dari susu kuda pasteurisasi 63°C selama 30 memt menghasilkan 2 puncak (fraksi) protein pada Spektrofotometer A. 280 nm, yang masing-masing fraksi terdiri dari pita-pita protein pada SDS-PAGE. Fraksi 1 mengandung protein fraksi 2 dan pada fraksi 2 terdapat pita protein yang kabur (pita ke 2 dari bawah), tetapi pita ini tebal pada fraksi 1. Sementara itu protein dari susu kuda fermentasi (sebelum fermentasi dipasteurisasi 85°C 30 menit) menghasilkan 2 fraksi protein yang didominasi fraksi 1 (fraksi 2 sangat kecil). Fraksi 1 mengandung fraksi 2 dan pita protein ke 2 dari bawah hilang tetapi tebal pada fraksi 1. Semua respon IgG dan IgA serum mencit yang diberi protein susu kuda secara oral lebih tinggi dari kontrol. Respon IgG serum mencit rendah pada hari ke 7 dan mengalami kenaikan sarnpai hari ke 28 untuk semua perlakuan, walaupun rerata protein susu fermentasi dan protein fraksi 2 susu pasteurisasi lebih rendah. Pola respon IgA serum mencit pada hari ke 7 sampai ke 21 hampir sama untuk semua perlakuan (hampir tidak mengalami kenaikan), namun pada hari ke 28 reratanya sama dan bahkan pada protein ftaksi 2 pasteurisasi rerata IgA nya tertinggi. Rerata IgA serum mencit hari ke 7- 21 untuk fraksi 2 protein susu pasteurisasi dan protein susu fermentasi lebih rendah. Proliferasi limfosit mencit pada hari ke 14 menunjukkan indeks stimulasi yang hampir sama dengan kontrol, hanya pada protein susu fennentasi lebih besar dari kontrol. Proliferasi limfosit mencit pada hari ke 28 menunjukkan fraksi 1 dan 2 dari protein susu pasteurisasi dan fraksi 1 protein susu segar mempunyai indeks stimulasi lebih tinggi daripada kontrol. Pengujian fagositosis makrofag peritoneal menunjukkan bahwa persentase sel makrofag yang memfagositosis partikel lateks lebih besar pada hari ke 14 daripada hari ke 28 untuk semua perlakuan, bahkan pada hari ke 28 reratanya hampir sama dengan kontrol. Persentase sel fagosit untuk perlakuan fraksi 1 protein susu segar, fraksi 1 dan 2 protein susu pasteurisasi dan protein susu fermentasi mempunyai nilai rerata yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ternyata protein dari susu kuda yang telah mengalami proses pasteurisasi dan fermentasi masih dapat berperan dalam respon imun humoral dan seluler. Protein susu yang telah dipasteurisasi maupun fennentasi yang diberikan selama 14 hari menunjukkan respon yang lebih bagus pada kemampuan fagositosis makrofag peritoneal mencit daripada protein susu segar. Sementara itu protein susu fermentasi mengandung protein yang dapat dapat meningkatkan stimulasi proliferasi limfosit sampai pemberian 14 hari, namun stimulasi menurun setelah 28 hari. Sebaliknya protein susu pasteurisasi fraksi 1 pada pemberian 14 hari tidak terlihat stimulasinya terhadap proliferasi limfosit, tetapi setelah pemberian 28 hari pengaruh peningkatan stimulasinya terlihat.
first_indexed 2024-03-13T22:17:08Z
format Article
id oai:generic.eprints.org:92815
institution Universiti Gadjah Mada
last_indexed 2024-03-13T22:17:08Z
publishDate 2003
publisher [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM
record_format dspace
spelling oai:generic.eprints.org:928152014-11-28T07:37:00Z https://repository.ugm.ac.id/92815/ PERAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM SUSU KUDA SEBAGAI IMUNOMODULATOR , Nurliyani, Wayan Tunas Artama, dan Zuheid Noor Susu kuda sebenamya mempunyai nilai gizi yang mendekati air susu ibu (ASI), namun pada umumnya masyarakat di Indonesia belum mengetahuinya. Belum lama ini di beberapa kota di Indonesia beredar susu kuda, yang kualitas dan keamanannya belum jelas informasinya termasuk kaitannya dengan sistem imun tubuh. Sebagian masyarakat mengkonsumsi susu kuda dalam keadaan mentah (belum diolah), dengan keyakinan lebih berkhasiat bagi kesehatan daripada susu yang telah diolah. Sistem pertahanan tubuh banyak terkait dengan komponen bioaktif yang terkandung dalam susu, antara lain protein yang dapat berperan sebagai imunomodulator. Berbagai macam protein susu mempunyai sifat kimia dan fisik yang berbeda-beda yang akan menentukan sifat bioaktifnya, termasuk peran imunomodulatornya. Tujuan penelitian tahun kedua ini untuk identifikasi dan karakterisasi protein dari susu kuda pasteurisasi dan fermentasi sebagai imunomodulator dalam respon imun humoral dan seluler. Penelitian ini menggunakan susu kuda lokal dari Bantul Yogyakarta. Susu kuda pasteurisasi dan fermentasi disentrifugasi untuk menghilangkan lemaknya, kemudian dipresipitasi proteinnya dengan amonium sulfat jenuh, didialisis semalam dan diftaksinasi dengan kolom Sephadex G-75. Profil dan konsentrasi protein susu kuda hasil fraksinasi tersebut dilihat pada Spetrofotometer A.280 nm. Karakterisasi protein hasil fraksinasi dilihat pada SDS-P AGE (Sodium dodecyisulfate polyacrylamide gel electrophoresis). Mencit betina Balb/c umur 6-8 minggu dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Berturut-turut mencit perlakuan kontrol, perlakuan protein utuh dari susu kuda pasteurisasi, protein susu kuda pasteurisasi fraksi 1, protein susu kuda pasteurisasi fraksi 2, dan protein utuh susu kuda fermentasi. Konsentrasi pemberian protein susu kuda sebanyak 1 mg/ekor/hari sampai hari ke 28 dan diberikan secara oral. Serum darah mencit diarnbil pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 untuk dianalisis IgG dan IgA nya dengan metode ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). Limfosit dari limpa dan makrofag peritoneal diambil pada hari ke 14 dan ke 28 untuk dikultur. Pengujian proliferasi pada limfosit yang dikultur menggunakan metode MTT (Methylthiazoletetrazolium) dan dibaca OD (optical dencity)-nya pada ELISA reader dan dihitung indeks stimulasinya. Kemampuan fagositosis makrofag peritoneal dilakukan dengan menghitung persentase sel makrofag yang memfagositosis partikel lateks per 100 sel makrofag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksinasi protein dari susu kuda pasteurisasi 63°C selama 30 memt menghasilkan 2 puncak (fraksi) protein pada Spektrofotometer A. 280 nm, yang masing-masing fraksi terdiri dari pita-pita protein pada SDS-PAGE. Fraksi 1 mengandung protein fraksi 2 dan pada fraksi 2 terdapat pita protein yang kabur (pita ke 2 dari bawah), tetapi pita ini tebal pada fraksi 1. Sementara itu protein dari susu kuda fermentasi (sebelum fermentasi dipasteurisasi 85°C 30 menit) menghasilkan 2 fraksi protein yang didominasi fraksi 1 (fraksi 2 sangat kecil). Fraksi 1 mengandung fraksi 2 dan pita protein ke 2 dari bawah hilang tetapi tebal pada fraksi 1. Semua respon IgG dan IgA serum mencit yang diberi protein susu kuda secara oral lebih tinggi dari kontrol. Respon IgG serum mencit rendah pada hari ke 7 dan mengalami kenaikan sarnpai hari ke 28 untuk semua perlakuan, walaupun rerata protein susu fermentasi dan protein fraksi 2 susu pasteurisasi lebih rendah. Pola respon IgA serum mencit pada hari ke 7 sampai ke 21 hampir sama untuk semua perlakuan (hampir tidak mengalami kenaikan), namun pada hari ke 28 reratanya sama dan bahkan pada protein ftaksi 2 pasteurisasi rerata IgA nya tertinggi. Rerata IgA serum mencit hari ke 7- 21 untuk fraksi 2 protein susu pasteurisasi dan protein susu fermentasi lebih rendah. Proliferasi limfosit mencit pada hari ke 14 menunjukkan indeks stimulasi yang hampir sama dengan kontrol, hanya pada protein susu fennentasi lebih besar dari kontrol. Proliferasi limfosit mencit pada hari ke 28 menunjukkan fraksi 1 dan 2 dari protein susu pasteurisasi dan fraksi 1 protein susu segar mempunyai indeks stimulasi lebih tinggi daripada kontrol. Pengujian fagositosis makrofag peritoneal menunjukkan bahwa persentase sel makrofag yang memfagositosis partikel lateks lebih besar pada hari ke 14 daripada hari ke 28 untuk semua perlakuan, bahkan pada hari ke 28 reratanya hampir sama dengan kontrol. Persentase sel fagosit untuk perlakuan fraksi 1 protein susu segar, fraksi 1 dan 2 protein susu pasteurisasi dan protein susu fermentasi mempunyai nilai rerata yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ternyata protein dari susu kuda yang telah mengalami proses pasteurisasi dan fermentasi masih dapat berperan dalam respon imun humoral dan seluler. Protein susu yang telah dipasteurisasi maupun fennentasi yang diberikan selama 14 hari menunjukkan respon yang lebih bagus pada kemampuan fagositosis makrofag peritoneal mencit daripada protein susu segar. Sementara itu protein susu fermentasi mengandung protein yang dapat dapat meningkatkan stimulasi proliferasi limfosit sampai pemberian 14 hari, namun stimulasi menurun setelah 28 hari. Sebaliknya protein susu pasteurisasi fraksi 1 pada pemberian 14 hari tidak terlihat stimulasinya terhadap proliferasi limfosit, tetapi setelah pemberian 28 hari pengaruh peningkatan stimulasinya terlihat. [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2003 Article NonPeerReviewed , Nurliyani, Wayan Tunas Artama, dan Zuheid Noor (2003) PERAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM SUSU KUDA SEBAGAI IMUNOMODULATOR. text. http://repository.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=571
spellingShingle , Nurliyani, Wayan Tunas Artama, dan Zuheid Noor
PERAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM SUSU KUDA SEBAGAI IMUNOMODULATOR
title PERAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM SUSU KUDA SEBAGAI IMUNOMODULATOR
title_full PERAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM SUSU KUDA SEBAGAI IMUNOMODULATOR
title_fullStr PERAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM SUSU KUDA SEBAGAI IMUNOMODULATOR
title_full_unstemmed PERAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM SUSU KUDA SEBAGAI IMUNOMODULATOR
title_short PERAN PROTEIN BIOAKTIF DALAM SUSU KUDA SEBAGAI IMUNOMODULATOR
title_sort peran protein bioaktif dalam susu kuda sebagai imunomodulator
work_keys_str_mv AT nurliyaniwayantunasartamadanzuheidnoor peranproteinbioaktifdalamsusukudasebagaiimunomodulator