KONTRIBUSI PENCERNAAN FERMENTATIF ITIK YANG MENGGUNAKAN LIMBAH INDUSTRI PERTANIAN SEBAGAI SUMBER SERAT KASAR DALAM RANSUM

Itik merupakan unggas yang paling tahan terhadap pakan berserat kasar tinggi, hal ini disebabkan seka itik berkembang lebih baik dibandingkan ayam. Didalam seka terdapat mikrobia yang mampu mencerna serat kasar menjadi asam lemak volatile yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan energi. Dinamika mik...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: , Tri Yuwanta, Zuprizal, Endang Sutriswati Rahayu dan Rudy Sutrisn
Format: Article
Published: [Yogyakarta] : Lembaga Penelitian UGM 2003
Description
Summary:Itik merupakan unggas yang paling tahan terhadap pakan berserat kasar tinggi, hal ini disebabkan seka itik berkembang lebih baik dibandingkan ayam. Didalam seka terdapat mikrobia yang mampu mencerna serat kasar menjadi asam lemak volatile yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan energi. Dinamika mikroflora dalam seka ini belum diketahui secara jelas. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peranan pencernaan fermentatif terhadap kebutuhan energi itik yang diberi pakan limbah pertanian sebagai sumber serat kasar dan untuk mengetahui dinamika mikroflora saluran pencernaan yang berperanan dalam pencernaan serat kasar sehingga meningkatkan penampilan itik. Sebanyak 120 ekor itik jantan umur 4 minggu dibagi menjadi empat perlakuan pakan level serat kasar yaitu 5, 10, 15 dan 20%. Setiap perlakuan diulangi dengan lima kali ulangan dan setiap ulangan menggunakan 6 ekor. Itik dipotong pada umur 6, 8 dan 10 minggu untuk mengetahui dinamika mikroorganisme yang ada di saluran pencernaan meliputi usus halus, sekum dan kolon. Metode isolasi mikroflora saluran pencernaan meliputi: pengambilan sample isolat, pembuatan medium pengkayaan bakteri, Isolasi dan pertumbuhan bakteri serta total kolon, pembiakan isolat bakteri, ujia aktivitas enzim selulase, uji ketahanan isolat terhadap suhu, uji ketahanan isolat terhadap keasaman dan uji ketahanan isolat terhadap bile salt. Data yang dihasilkan dianalisis dengan analisis variansi rancangan acak lengkap faktorial, split-plot dan interpretasi data lainya terhadap koloni dan jenis mikroflora saluran pencernaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam saluran pencernaan itik khususnya pada sekum dan kolon mempunyai pH yang kondusif untuk kehidupan bakteri selulolitik (b-glikosidik). Semakin meningkat umur itik semakin meningkat jumlah mikroorganisme dan itik yang dipelihara dengan sistem umbaran mempunyai jumlah mikroorganisme selulolitik lebih banyak disbanding dengan pemeliharaan umbaran. Terdapat 19 isolat selulolitik yang dapat diisolasi dari usus halus, sekum dan kolon. Mikroorganisme saluran pencernaan relatif tahan terhadap bile salt, temperatur medium (25-45°C). Enzim selulase, b-amilase dan xylanase merupakan produk mikroorganisme yang cukup besar dan potensial untuk digunakan sebagai additive pakan unggas khususnya itik. Penggunaan serat kasar 5-20% memberikan variasi terhadap perkembangan bakteri selulolitik. Terdapat perbedaan jumlah bakteri selulolitik pada usus halus, sekum dan kolon itik yang diberi pakan berbagai level serat kasar memberikan perbedaan terhadap dinamika bakteri selulolitik. Serat kasar dapat digunakan dalam ransum itik sampai dengan level 20% tidak mengganggu penampilan itik.